Liputan6.com, Nusa Dua - 30 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) mencari solusi atas perkembangan ekonomi digital. Kondisi ini akan berpengaruh terhadap keberlangsungan jaminan sosial.
Direktur Utama BPJ‎S Ketenagakerjaan, Agus Susanto mengatakan, kemajuan teknologi yang sangat pesat tentu memudahkan semua aspek kehidupan masyarakat dalam menjalani kehidupan sehari-hari, khususnya di teknologi komunikasi. Kemunculan smartphone dimanfaatkan oleh pelaku usaha untuk melancarkan bisnisnya.
"Bahkan tidak sedikit pula yang beralih secara menyeluruh dengan melakukan digitalisasi kegiatan usaha mereka," kata Agus, di Nusa Dua, Bali, Selasa (6/2/2018).
Advertisement
Baca Juga
Kondisi ini merupakan salah satu topik bahasan dalam gelaran seminar internasional yang diselenggarakan BPJS Ketenagakerjaan. Seminar internasional itu dihadiri 125 penyelenggara jaminan sosial dari 30 negara.
Seminar tersebut menyikapi revolusi industri 4.0 untuk mengantisipasi 10 tantangan global yang direkomendasikan oleh International Social Security Association (ISSA).
Kondisi ini dikatakan disruptive atau gangguan karena mengubah tatanan perekonomian konvensional yang selama ini berjalan. Hal ini tentunya bukan hal yang buruk, namun justru memberikan tantangan tersendiri, salah satunya dari sisi jaminan sosial.
"Dari pembicaraan kita terkait disruptive memberikan pengaruh dari ketenagakerjaan dan sustainability dari jaminan sosial," tutur Agus.
Agus menuturkan, BPJS Ketenagakerjaan akan bekerja lebih keras untuk hadapi perkembangan ekonomi digital, melakukan inovasi dan merekomendasikannya ke pemerintah. Selain itu juga memperbaharui sistem teknologi.
‎"Kami sudah membangun sistem teknologi, alhamdulillah hampir 10 persen dalam waktu dekat akan umumkan bahwa sistem teknologi. Kami perbaharui dalam sistem teknologi digital sehingga dapat meningkatkan produksi kita. Kemudian SDM ditingkatkan untuk menciptakan inovasi baru," ujar dia.
Â
Strategi BPJS Hadapi Tantangan Ekonomi Digital
Sebelumnya, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan atau BPJS Ketenagakerjaan mengumpulkan 125 penyelenggara jaminan sosial yang tergabung dalam International Social Security Association (ISSA) dari 30 negara‎ hadiri seminar internasional. Hal ini untuk membahas cara beradaptasi di tengah perkembangan perekonomian global.
Direktur Utama ‎BPJS Ketenagakerjaan Agus Susanto mengatakan, BPJS Ketenagakerjaan menjadi tuan rumah dari Seminar internasional yang digelar oleh ISSA ini bertempat di The Mulia Hotel, Nusa Dua, Bali pada selasa 6 Februari 2018.
"Kami menyelenggarakan seminar internasional bekerja sama dengan ISSA beranggotakan 330 institusi dari 30 negara," kata Agus, saat membuka Seminar di Nusa Dua, Bali.
Agus menuturkan, kegiatan ini merupakan langkah strategis yang perlu ditempuh agar badan penyelenggara jaminan sosial dapat beradaptasi terhadap perkembangan perekonomian global.
Ini merupakan salah satu seminar terbesar yang dicanangkan ISSA, mengumpulkan praktisi-praktisi jaminan sosial untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan, agar bisa menghasilkan rekomendasi bagi para pengambil kebijakan dan praktisi jaminan sosial.
Agus mengungkapkan, saat ini ekonomi bergerak secara digital. Semua orang mendapatkan kesempatan yang sama dan bisa bekerja tanpa mengenal batasan ruang dan waktu.
Kondisi ini dikatakan gangguan, karena mengubah tatanan perekonomian konvensional yang selama ini berjalan. Namun, kondisi ini tentunya bukan hal yang buruk, justru memberikan tantangan tersendiri, salah satunya dari sisi jaminan sosial.
"Semua bisa dilakukan dalam genggaman, baik itu pekerja maupun pasar sasarannya. Semua menjadi semakin tidak terlihat, dan dari sisi jaminan sosial tentunya hal ini menjadi tantangan tersendiri," ucap Agus.
Seminar internasional ini dihadiri sebanyak 125 pemerhati jaminan sosial dari 30 negara bersama dengan 350 orang praktisi dan pemerhati atau penyelenggara jaminan sosial di Indonesia. Seminar ini dibuka oleh Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Bambang Brodjonegoro dan President of ISSA Joachim Breuer.
‎"Semoga dengan terlaksananya seminar internasional ini dapat menghasilkan rekomendasi-rekomendasi yang membantu para pemangku kepentingan jaminan sosial di seluruh dunia dalam menentukan langkah ataupun kebijakan ke depan," ujar Agus.
Advertisement