Liputan6.com, Jakarta - Salah satu maskapai anggota Lion Air Group, Wings Air, resmi melakukan penerbangan perdana (inaugural flight) khusus intra Jambi pada 7 Februari 2018. Rutenya menghubungkan Kota Jambi, Kabupaten Muara Bungo, dan Kabupaten Kerinci.
Pembukaan rute baru ini diharapkan bisa mempermudah transportasi para pelancong dan pebisnis. Wings Air menyediakan tujuh kali penerbangan dalam seminggu dengan mengoperasikan pesawat terbaru ATR 72-600, berkapasitas 72 penumpang.
Advertisement
Baca Juga
"Kehadiran Wings Air ini sebagai upaya dalam mendukung perekonomian daerah, dalam mempercepat konektivitas logistik dan meningkatkan sektor pariwisata," kata Direktur Operasi Wings Air, Redi Irawan, dalam keterangannya, Kamis (8/2/2018).
Pesawat Wings Air beregistrasi PK-WGH menandai penerbangan perdana yang lepas landas (take off) dari Bandar Udara Sultan Thaha, Jambi, pukul 08.50 WIB dengan nomor penerbangan IW 1150. Pesawat mendarat dengan mulus di Bandar Udara Muara Bungo pukul 09.35 dan disambut dengan tarian adat.
Kemudian, Wings Air melanjutkan penerbangan IW 1150 menuju Kerinci pukul 09.55 WIB dan tiba di Bandar Udara Depati Parbo, Kerinci, pukul 10.40 WIB.
Pada rute sebaliknya, pesawat berangkat dengan nomor penerbangan IW 1151 pukul 11.00 WIB dan mendarat di Muara Bungo pada 11.45 WIB. Selanjutnya, Wings Air mengudara pukul 12.05 WIB dan sampai di Jambi pukul 12.50 WIB.
“Penerbangan Wings Air di Muara Bungo dan Kerinci dilatarbelakangi tingginya permintaan. Tingkat keterisian penumpang mencapai 80 persen saat penerbangan perdana, dan ditargetkan bisa mencapai load factor lebih dari 90 persen setiap harinya," Redi menjelaskan.Â
Penerbangan harian yang tersedia dapat memberikan nilai lebih, karena mempersingkat jarak, Jambi ke Muara Bungo hanya 45 menit dan Muara Bungo ke Kerinci juga hanya 45 menit.
Selama ini, jika melalui jalur darat memerlukan waktu tempuh sekitar enam jam dari Jambi menuju Muara Bungo dan berkisar empat jam dari Muara Bungo ke Kerinci, begitu juga sebaliknya.
“Jambi merupakan salah satu gerbang Lion Air Group (Lion Air dan Batik Air) yang menghubungkan ke berbagai kota tujuan. Wings Air memfasilitasi layanan penerbangan harian dari Jambi menuju Palembang, Pekanbaru, Padang, Medan Kualanamu, Tanjung Karang (Lampung) dan Bengkulu," kata Redi.
RI Minta Cabut Daftar Hitam Larangan Terbang dari UE
Kementerian Perhubungan (Kemenhub) akan terus meningkatkan keselamatan penerbangan di Papua, mulai dari modernisasi sistem maupun perangkat navigasi, perpanjangan landasan pacu atau runway bandara, sampai rampcheck.
Upaya ini dilakukan dalam rangka mempersiapkan penilaian atau audit yang akan dilakukan Uni Eropa pada 12-21 Maret 2018.
Hal ini disampaikan Direktur Jenderal (Dirjen) Perhubungan Udara Kemenhub, Agus Santoso, setelah menggelar pertemuan dengan Direktur Kelaikudaraan Pengoperasian Pesawat Udara (KPPU), Muzzafar Ismail, serta 23 manajemen maskapai penerbangan di wilayah Papua dan Papua Barat. Pertemuan ini berlangsung di kantor UPBU Bandara Sentani, Jayapura, seperti dikutip pada Sabtu (13/1/2018).
"Kita mengumpulkan sekitar 23 maskapai penerbangan di Papua ini untuk memberikan pemahaman bahwa mereka harus memenuhi semua aturan keselamatan penerbangan sipil (CASR) nasional dan annex 1-19 dari ICAO. Semua akan diperiksa," kata Agus saat berbincang dengan wartawan.
Menurutnya, pertemuan ini sangat penting karena Uni Eropa meminta syarat tambahan untuk mencabut larangan penerbangan (ban) bagi seluruh maskapai Indonesia ke Uni Eropa. Pernyataan tersebut diutarakan Uni Eropa kepada Kemenhub saat kunjungan ke Eropa beberapa waktu lalu.
"Mereka (Uni Eropa) akan mengaudit atau penilaian pada 12-21 Maret ini. Mereka tahu di mana rantai-rantai terlemah dari penerbangan Indonesia, makanya mereka menargetkan Papua dan Papua Barat sebagai titik penilaian," Agus menjelaskan.
Alasannya ucapAgus, karena perhatian pemerintah Indonesia dianggap Uni Eropa tidak fokus pada pengembangan bandara di Papua, termasuk dari aspek keselamatannya, seperti kasus kecelakaan pesawat yang banyak terjadi di Papua dan Papua Barat.
Lebih jauh diungkapkan Agus, Uni Eropa akan melakukan audit atau penilaian terhadap enam maskapai penerbangan di Papua, yaitu Sriwijaya Air, Lion Air, Batik Air, Wings Air, Indonesia AirAsia X, dan Spirit Aviation Sentosa (SAS).
"Tapi tidak menutup kemungkinan yang diaudit bukan cuma maskapai tersebut, tapi juga yang lainnya diperiksa. Jadi kita harus mempersiapkan diri supaya hasil audit positif dan mampu membuka larangan terbang dari Uni Eropa," tegasnya.
Saat ini, diakui Agus, Indonesia sudah punya bekal untuk menghadapi penilaian dari Uni Eropa pada Maret mendatang. Kemajuan itu, antara lain kenaikan peringkat Indonesia dalam kategorisasi otoritas penerbangan Amerika Serikat (FAA AS) dari kategori 2 menjadi kategori 1.
Selain itu, nilai implementasi ICVM USOAP ICAO yang mencapai 81,15 persen, melebihi rata-rata dunia yang hanya 60 persen. Bahkan indikator navigasi dalam kepatuhan keselamatan (safety comply) sudah mencapai 86 persen.
"Ini saatnya menagih kembali ke Uni Eropa untuk mencabut larangan terbang yang sudah diterapkan ke Indonesia selama 10 tahun," Agus menegaskan.
Advertisement
Simulasi Penerbangan di Alaska
Adapun persiapan Kemenhub dalam menghadapi audit Uni Eropa di Papua Maret mendatang, kata Agus, memodernisasi navigasi 109 bandara di Papua, seperti memasang radar canggih DS-B (Automatic Dependent Surveillance Broadcast).
Upaya lainnya memperpanjang landasan pacu bandara di Papua dari 300 meter menjadi 900 meter, dan menambah sumber daya manusia yang andal, serta mengevaluasi aturan bandara harus teregistrasi untuk seluruh destinasi penerbangan perintis.
"Jadi kita benahi bandara di Papua karena selain suatu kewajiban bagi kita atas instruksi Presiden, juga untuk menghadapi audit Uni Eropa. Kita juga akan melakukan banyak rampcheck di lapangan bukan untuk mencari-cari kesalahan operator, tapi untuk memperbaiki penerbangan nasional," kata Agus.
Selain itu, dia bilang, Kemenhub akan membuat simulasi penerbangan seperti di Alaska. "Saya akan buat simulasi task (penerbangan) seperti yang ada di Alaska. Karena kondisi geografis Alaska dan Papua mirip. Nanti ini jadi komparasi," paparnya.
Cabut RI dari Daftar Hitam Uni Eropa
Menurut Agus, audit dari Uni Eropa dan hasilnya sangat penting untuk Indonesia untuk menghilangkan citra buruk maskapai-maskapai penerbangan nasional. Karena selama satu dekade, Uni Eropa mem-black list maskapai Indonesia terbang di langit Uni Eropa.
"Dulu itu dicapnya (larangan penerbangan) negaranya. Kita ingin membela kepentingan nama baik Indonesia. Kalau sudah dirilis hasilnya, sebetulnya tidak ada black list lagi buat maskapai kita ke sana. Dalam 10 tahun, status (daftar hitam) maskapai dicabut satu per satu, tapi status negaranya belum dilepas," tegas Agus.
Jika nantinya Uni Eropa mencabut larangan penerbangan tersebut, Agus tidak dapat menjamin seluruh maskapai penerbangan nasional akan masuk ke negara-negara kawasan Uni Eropa.
"Semua bisa (masuk) tapi tidak semuanya mau karena kan hitung-hitungan juga. Garuda Indonesia saja cuma Amsterdam dan London. Sudah ada 10 maskapai yang acc untuk terbang ke Uni Eropa untuk dilepas ban-nya," tukas Agus.
Advertisement