Sukses

Ini 5 Sektor Unggulan RI Hadapi Revolusi Industri ke-4

Indonesia ingin menjadi salah satu negara dengan pendapatan tinggi dan salah satu kontributor Produk Domestik Bruto (PDB) terbesar di dunia.

Liputan6.com, Jakarta Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto menyatakan, penerapan revolusi industri keempat atau Industry 4.0 dapat mengakselerasi target dari visi Indonesia 2045.

Sasarannya antara lain menjadi salah satu negara dengan pendapatan tinggi dan salah satu kontributor Produk Domestik Bruto (PDB) terbesar di dunia.

“Kementerian Perindustrian sedang menyusun roadmap Industry 4.0 agar manufaktur kita semakin produktif dan berdaya saing, sehingga mampu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional,” ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (9/2/2018).

Dia menjelaskan, beberapa target yang ingin dicapai Indonesia di 2045, antara lain pertumbuhan ekonomi sebesar 6,4 persen, nilai PDB per kapita US$ 28.934, dan peringkat keempat PDB dunia.

“Selanjutnya, pertumbuhan investasi hingga 7,3 persen per tahun atau berkontribusi terhadap PDB sebesar 39 persen, pertumbuhan ekspor mencapai 7,9 persen, dan pertumbuhan industri di angka 7,8 persen yang berperan kepada PDB sebanyak 32 persen,” kata dia.

Menurut Airlangga, pemerintah tengah fokus dalam pengembangan industri manufaktur sebagai salah satu tahapan pembangunan nasional.

“Industri sebagai tulang punggung perekonomian karena membawa multiplier effect yang cukup besar. Di antaranya adalah peningkatan pada nilai tambah bahan baku dalam negeri, penyerapan tenaga kerja kerja lokal, dan penerimaan devisa dari ekspor,” ujarnya.

Untuk itu, seiring berjalannya era ekonomi digital saat ini, industri perlu memanfaatkan teknologi manufaktur terkini dalam upaya peningkatan produksinya. Selain itu, juga perlu aktif melakukan kegiatan penelitian dan pengembangan guna menciptakan inovasi.

 Tonton Video Pilihan Ini:

2 dari 2 halaman

10 Besar Ekonomi Dunia

Airlangga menyatakan, implementasi Industry 4.0 memiliki beberapa keunggulan, di antaranya kesiapan menjadi 10 besar ekonomi di dunia pada 2030, sebanyak 10 persen ekspor berkontribusi kepada GDP, mencapai dua kali lipat produktivitas, dan sekitar dua persen kegiatan litbang untuk GDP.

“Kami telah menyiapkan lima sektor yang diprioritaskan dalam implementasi Industry 4.0, yaitu industri makanan dan minuman, tekstil dan pakaian jadi, otomotif, elektronik, serta kimia. Industri ini yang impact-nya tinggi, dan feasible juga, sehingga dijadikan lighthouse. Basis yang diperlukan adalah ada contoh, edukasi dan rescalling, serta standard security,” jelas dia.

Kelima sektor ini, lanjut Airlangga, merupakan industri yang telah memiliki daya saing tinggi untuk kompetitif di kancah global.

“Misalnya, industri makanan dan minuman, ini berkontribusi 34 persen terhadap industri indonesia. Industri makanan dan minuman juga memiliki pertumbuhan tertinggi di 2017, yakni 9,23 persen. Angka tersebut kemudian disusul pertumbuhan subsektor industri logam dasar, yakni 5,87 persen," lanjut dia.

Dengan terus berkembangnya teknologi, Airlangga meyakini jika industri makanan dan minuman akan tetap menjadi sektor yang terus dibutuhkan pasar. “Kita tetap butuh makanan yang masuk ke perut. Kita gak bisa virtual eating,” ungkap dia.

Sektor-sektor tersebut pun menjadi andalan untuk menggenjot ekspor Indonesia. Apalagi, sejak 2017 pemerintah telah mengarahkan ekonomi berbasis manufaktur.

“Lebih dari 74 persen, ekspor kita itu berasal dari produk manufaktur. Sedangkan, untuk nilai tambah manufaktur di seluruh dunia, kita nomor ke-9. Itu jauh lebih tinggi dari negara ASEAN yang lain,” tandas dia.