Liputan6.com, Jakarta - Presiden Filipina Rodrigo Duterte memerintahkan kepada Angkatan Laut Filipina untuk menembak siapa saja yang mencoba memanfaatkan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Filipina.
Dalam sebuah konferensi pers di Davao City, Duterte ingin mempertahankan kedaulatan Filipina di wilayah Benham Rise.
"Memang kami tidak bisa seperti China melawan Amerika Serikat (AS). Tapi kami juga tidak bisa diam saja. Jadi kalau ada yang mengambil sesuatu dari Zona Ekonomi Eksklusif, Angkatan Laut kami akan menembaki," jelas dia dikutip dari CNN Philippines, Senin (12/2/2018).
Advertisement
Baca Juga
Benham Rise terletak 135 mil dari Aurora, merupakan bagian dari negara EEZ Filipina. Hal tersebut berdasarkan kesepakatan di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Berdasarkan konvensi PBB mengenai hukum laut, sebuah Zona Ekonomi Eksklusif memberikan hak istimewa kepada negara untuk melakuka eksplorasi dan penggunaan sumber daya kelautan.
Dengan ketentuan tersebut maka Filipina memiliki hak berdaulat atas Benham Rise. Negara tersebut memiliki hak tunggal untuk mengeksplorasi dan mengeksploitasi minyak, gas dan sumber daya mineral lainnya di wilayah tersebut.
Duterte pun memerintahkan kepada Angkatan Laut Filipina untuk melindungi Benham Rise, "Saya memerintahkan kepada Angkatan Laut untuk melakukan patroli secara reguler," jelas Duterte.
Duterte: Usiaku 16 Tahun Saat Pertama Kali Membunuh
Sebelumnya, pengakuan mengejutkan terlontar dari bibir Presiden Filipina Rodrigo Duterte. Ia mengklaim pernah menusuk orang hingga tewas. Pembunuhan pertamanya itu dilakukan saat usianya masih remaja.
"Pada usia 16 tahun, aku sudah membunuh seseorang. Seseorang yang nyata, dalam sebuah perkelahian, dengan sebuah tusukan. Usiaku baru 16 tahun. Bandingkan saja. Berapa (yang bisa kubunuh) sekarang sebagai presiden," kata dia seperti dikutip dari The Guardian (10/11/2011).
Pernyataan tersebut diungkapkan di depan komunitas Filipina di Kota Danang, Vietnam pada Kamis 9 November 2017. Digong, nama akrabnya, ada di kota tersebut untuk menghadiri KTT Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC).
Ini bukan kali pertamanya Duterte mengaku telah menghabisi nyawa seseorang. Desember tahun lalu, ia mengaku menembak mati seorang tersangka kriminal ketika menjadi Wali Kota Davao, katanya, itu dilakukan untuk memberi contoh kepada para aparat.
Namun, juru bicaranya buru-buru mengklarifikasi. Menurut dia, pembunuhan tersebut dilakukan dalam upaya penegakan hukum yang sah oleh polisi.
Majalah Esquire pernah mengutip pernyataan Duterte, dalam wawancara sebelum diangkat sebagai Presiden ke-16 Filipina. Ia mengaku, pernah menikam orang hingga tewas saat usianya baru 17 tahun -- diduga kasus yang sama dengan yang diakuinya di Danang.
Advertisement