Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) memacu penyelesaian pembangunan tiga bendungan di Sulawesi Selatan. Bendungan itu antara lain Bendungan Paselloreng di Kabupaten Wajo, Karalloe di Kabupaten Gowa dan Pamukkulu di Kabupaten Takalar.
Penyelesaian pembangunan bendungan untuk meningkatkan produktivitas pangan, dengan meningkatkan keberlangsungan suplai air bagi lahan pertanian di wilayah yang menjadi sentra pangan nasional tersebut.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan, hal ini sejalan dengan Nawa Cita Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla, untuk membangun ketahanan air dan pangan nasional.
Advertisement
Baca Juga
“Pembangunan Bendungan Paselloreng ditargetkan rampung Desember 2018. Untuk Bendungan Karalloe, konstruksinya memang dimulai lebih dulu, namun sempat mengalami masalah pengadaan lahan, sekarang sudah diselesaikan, mudah-mudahan progres konstruksi lebih cepat lagi. Sementara Bendungan Pamukkulu dalam tahap persiapan yakni penyiapan jalan akses kerja,” Kata Basuki, di Jakarta, seperti ditulis Minggu (18/2/2018).
Basuki menuturkan, penyelesaian bendungan diupayakan bisa selesai lebih cepat. Hal ini karena pembangunan bendungan kini masuk dalam daftar Proyek Strategis Nasional (PSN), sehingga biaya pembebasan lahannya dapat menggunakan mekanisme dana talangan.
Melalui mekanisme tersebut kontraktor akan membayar lahan yang telah siap dibebaskan dan nantinya akan dibayarkan oleh Lembaga Manajemen Aset Negara (LMAN).
Sementara itu Direktur Jenderal Sumber Daya Air Imam Santoso mengungkapkan, pembangunan bendungan akan dilengkapi dengan pembangunan jaringan irigasi yang disebut sebagai Irigasi Premium atau irigasi yang mendapat jaminan suplai air bendungan.
Dengan demikian, biaya pembangunan bendungan yang mahal, dapat dipastikan air-nya mengalir sampai ke sawah petani dan sumber air baku masyarakat.
"Irigasi yang suplai air nya bukan dari bendungan, cropping intensity-nya 1-1,5 kali. Dengan suplai air yang berkelanjutan dari bendungan akan meningkat menjadi 2,75 kali. Saat ini dari 7,3 juta hektar irigasi baru 11 persen yang mendapatkan suplai air dari bendungan dan akan ditingkatkan menjadi 20 persen melalui pembangunan 65 bendungan yang tengah dilakukan Kementerian PUPR 2015-2019," papar Imam.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Selanjutnya
Kemajuan fisik Bendungan Paselloreng per 14 Februari 2018 sebesar 68,22 persen. Kapasitas tampung maksimal bendungan yakni 138 juta m3 yang merupakan terbesar dibandingkan Karalloe dan Pamukkulu.
Manfaatnya akan mengairi irigasi seluas kurang lebih 7.000 ha dan menjadi sumber air baku untuk 4 kecamatan di Kab. Wajo sebesar 305 liter perdetik, konservasi air, pengendali banjir Sungai Gilireng, perikanan air tawar dan pariwisata.
Konstruksi bendungan dikerjakan oleh PT Wijaya Karya – PT. Bumi Karsa, KSO (Kerjasama Operasi) dengan biaya Rp 736 miliar. Sementara sebagai konsultan supervisi adalah PT. Mettana, PT Timor Konsultan, PT Raya Konsultan KSO dengan nilai Rp 37 miliar.
Kemajuan pembangunan Bendungan Karalloe yang mulai dibangun Desember 2013, sudah mencapai 39,82 persen dan ditargetkan rampung 2019. Dalam pembangunannya sempat mengalami kendala pengadaan lahan. Namun saat ini lahan yang bebas sudah mencapai 97 persen dan tersisa 3 persen atau sekitar 14,5 ha. Kapasitas tampung maksimalnya sebesar 40,53 juta m3.
Konstruksi bendungan dikerjakan oleh PT Nindya Karya (Persero) dengan Rp 568 miliar dan konsultan supervisi oleh PT Widya Graha Asana, PT. Tata Guna Patria, PT Bintang Tirta Pratama, PT Catur Bina Guna Persada (KSO) senilai Rp 15 miliar. Manfaat bendungan ini akan mengairi irigasi seluas 7.000 hektar, sumber air baku 440 liter/detik, pembangkit listrik 4,5 MW, pengendali banjir, konservasi air dan pariwisata.
Bendungan Pamukkulu menjadi bangunan terbaru yang dibangun di Sulawesi Selatan. Kontrak pembangunannya ditandatangani pada November 2017 terbagi menjadi 2 paket konstruksi. Paket 1 senilai Rp 852 miliar dikerjakan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk – PT Daya Mulia Turangga (KSO) untuk pekerjaan diantaranya pembangunan bendungan utama.
Untuk paket 2 senilai Rp 811 miliar dikerjakan oleh kontraktor PT Nindya Karya dengan pekerjaan diantaranya relokasi jalan dan rehabilitasi jalan masuk, terowongan pengelak, bendungan pelimpah, dan pekerjaan hidromekanikal. Untuk konsultan supervisi dilakukan oleh PT Indra Karya – PT Virama Karya – PT Bina Karya Persero senilai Rp 53,7 miliar.
Bendungan ini memiliki kapasitas tampung maksimum 82,7 juta m3 dan akan memberi manfaat bagi irigasi seluas 6.150 ha, penyediaan air baku Kota Takalar sebesar 160 liter/detik, pengendalian banjir, konservasi air, pengembangan pariwisata, dan perikanan air tawar.
Advertisement
Bangun Daerah Irigasi
Selain membangun tiga bendungan, potensi air sangat besar dimiliki Sulawesi Selatan (Sulsel) juga dioptimalkan dengan membangun Daerah Irigasi Baliase.
Ini seiring dengan pembangunan Bendung Baliase yang memiliki saluran irigasi sekunder sepanjang 207 km serta saluran pembuang sepanjang 114 km.
Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang T. Iskandar mengungkapkan, dibangunnya irigasi Baliase, luas lahan potensial yang bisa dikembangkan mencapai 21,9 ribu ha, sementara luas lahan fungsional saat ini baru mencapai 5,9 ribu ha.
Pembangunan daerah irigasi yang sangat luas ini membutuhkan waktu selama 3 tahun sejak November 2015 hingga November 2018. Anggaran Kementerian PUPR yang dibutuhkan mencapai Rp 215 miliar.
“Di lapangan sedang dibangun jaringan irigasi, untuk bendung progresnya sudah mencapai 85 persen dan penyelesaian kantong lumpur disisi sebelah kanan. Penataan kawasan sudah dimulai dimana seluruh wilayah Bendung Baliase akan kita tanami tanaman produktif,” kata dia.