Sukses

Mentan Klaim Produksi Beras Capai 4 Juta Ton

Mentan, Amran Sulaiman memperkirakan produksi beras pada Februari ini mencapai 4 juta ton. Diharapkan bisa membantu menurunkan harga beras di pasaran.

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Pertanian (Kementan) memperkirakan produksi beras pada Februari ini mencapai 4 juta ton. Dengan demikian, diharapkan bisa membantu menurunkan harga beras di pasaran.

Menteri Pertanian (Mentan), Amran Sulaiman mengatakan, sepanjang bulan ini diperkirakan ada 1,6 juta hektare (ha) sawah yang memasuki masa panen. Dari luas lahan tersebut diperkirakan menghasilkan 4 juta ton beras.

"Rencana panen Februari 1,6 juta ha. Katakan lah 8 juta ton, 9 juta ton (gabah kering giling). Bagi dua, 4 juta ton (beras). Konsumsi kan 2,5 juta ton sebulan," ujar dia di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (19/2/2018).

Menurut Amran, selain di Februari ini, masa panen masih akan berlangsung pada Maret dan April mendatang. Panen tersebut diharapkan bisa diserap oleh pengusaha swasta dan Perum Bulog, sehingga menurunkan harga beras.

"Sekarang juga Maret, April. Jadi gini, paradigma yang harus kita ubah adalah paradigma lama nih. Hari ini tiap hari panen, tiap hari tanam, tiap hari ngolah. Inikan pola panen itu gini, Januari muncak, Februari, Maret, April panen muncak. Mei, turun lagi. Yang terpenting adalah rata-rata 1 juta per bulan. Sehingga cukup, tidak pernah shortage, kayak dulu, ada paceklik dan seterusnya," jelas dia.

Selain itu, Amran juga menyatakan harga beras di sejumlah daerah kini mulai mengalami penurunan. Sebagai contoh di Surakarta dan Kupang saat ini harga beras berada di kisaran Rp 10 ribu per kg.

"Ini di Jawa Tengah, Surakarta. Ini harga beras turun Rp 10 ribu. Di Kupang Rp 10 ribu. Masa di Kupang Rp 10 ribu, harusnya di sini lebih rendah lagi kan," tandas dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Keluhan Pedagang Glodok pada Rizal Ramli

Mantan Menteri Koordinator Bidang Kematiriman Rizal Ramli mengunjungi kawasan Glodok, Jakarta Barat, Kamis (15/2/2018). Ekonom senior ini tak gentar meskipun cuaca tak bersahabat karena hujan deras dan beberapa lokasi tergenang. 

Tepatnya di Gang Gloria, Rizal menggulung celana bahan hitam yang dipakainya. Ia menembus lorong yang tergenang air. Dalam kunjungan tersebut, ia menyempatkan diri untuk berdialog dengan beberapa pedagang. 

Rizal Ramli bercerita, dalam dialog tersebut banyak pedagang kaki lima (PKL) yang gelisah dengan situasi ekonomi negara.

"Mereka (PKL) gelisah karena ekonomi enggak sebagus dulu, mereka ingin perbaikan,"  tukasnya di Glodok, Jakarta pada 15 Februari 2018. 

Menurut Rizal Ramli, pemerintah punya kesempatan untuk melakukan perbaikan ekonomi agar ke depannya tidak menjadi semakin buruk. Apa yang telah dilakukan pemerintah saat ini adalah pengetatan anggaran sehingga ekonomi justru melambat.

Ada baiknya jika pengetatan anggaran tersebut dikurangi sehingga mampu mendorong pertumbuhan ekonomi. 

Namun, apa yang dikatakan oleh Rizal Ramli ini berkebalikan dengan Dana Moneter Internasional (International Moneter Fund/IMF).

Lembaga keuangan dunia tersebut menilai ekonomi Indonesia terus menunjukkan kinerja yang baik dengan pertumbuhan ekonomi yang stabil 5,07 persen di tahun lalu, sekaligus kondisi makroekonomi yang terjaga, sehingga risiko sistemik dapat terkendali.