Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Amerika Serikat (AS) tampaknya kembali lakukan aksi proteksionisme terhadap sejumlah barang impor. Kali ini Kementerian Perdagangan merekomendasikan tarif atau bea masuk buat impor baja dan aluminium.
Tarif tersebut ditawarkan oleh Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross. Langkah tersebut dilakukan untuk melindungi negara. Namun sisi lain juga meningkatkan risiko perang dagang dengan China dan negara-negara lain.
Ross menyarankan tiga opsi untuk Presiden AS Donald Trump antara lain memberlakukan tarif lintas batas pada baja dan aluminium, memilih negara-negara sasaran dengan tarif lebih tinggi lagi, dan membatasi total baja dan aluminium yang masuk ke AS. Trump dapat memilih opsi atau kombinasi pilihan tersebut. Mengutip laman CNN Money, tiga opsi tarif untuk baja antara lain:
Advertisement
Baca Juga
1. Tarif sebesar 24 persen untuk impor dari semua negara.
2. Tarif minimal 53 persen untuk impor dari 12 negara yaitu Brazil, China, Kosta Rika, Mesir, India, Malaysia, Korea Selatan, Rusia, Afrika Selatan, Thailand, Turki dan Vietnam. Negara-negara tersebut tidak akan diizinkan ekspor lebih besar baja ke AS pada 2018 dari 2017.
3. Pangkas impor baja ke Amerika Serikat, importir baja terbesar di dunia, yaitu sebesar 37 persen dari semua negara.
Sedangkan tarif buat aluminium antara lain:
1. Tarif 7,7 persen untuk impor dari semua negara.
 2. Tarif impor 23,6 persen dari lima eksportir aluminium spesifik yaitu China, Hong Kong, Vietnam, Rusia dan Venezuela. Ini sama seperti baja, negara-negara yang dipilih tidak akan diizinkan ekspor lebih banyak aluminium dari pada 2017.
3. Pangkas impor aluminium dari semua negara sekitar 13 persen.
Akan tetapi langkah proteksi perdagangan ini dinilai dapat "menghasilkan pembalasan" pihak asing terhadap eksportir AS dan membahayakan ekonomi AS. Hal itu seperti disampaikan The Business Roundtable.
Adanya tarif baja dan aluminium ini kembali menunjukkan sikap proteksionisme Trump terhadpa sektor perdagangan. Ini juga menjadi janji kepada pekerja pabrik pada kampanye 2016. Hal tersebut juga membuat faktor yang dapat membuat Trump terpilih.
Tahun lalu, pemerintah AS memulai penyelidikan terpisah untuk menentukan apakah baja dan aluminium membahayakan keamanan nasional AS. Trump mengajukan penyelidikan dengan pakai Undang-Undang (UU) 1962. Padahal, UU tersebut terakhir digunakan pada 2002 oleh Presiden Bush. Salah satu temuan Kementerian perdagangan yaitu pekerjaan AS di sektor baja menurun signfikan sejak akhir 1990-an.
"Anda sekarang membuka pintu bagi siapa saja untuk melakukan apapun selama mereka mengatakan "keamanan nasional". Itu bisa membuka pintu bagi perang dagang global," ujar Phil Levy, Ahli Perdagangan Chicago Council, seperti dikutip dari laman CNN Money, Senin (19/2/2018).
Di sisi lain, pakar perdagangan sudah lama mengetahui kalau China menjual baja di AS dengan harga tak adil atau disebut dumping. Ini lantaran bisa hasilkan baja industri dengan harga murah. Padahal ratusan sanksi telah bantu kurangi impor baja China, namun mereka tak memaksa China untuk bermain sesuai aturan.
China tidak lagi termasuk antara 10 eksportir baja besar ke Amerika Serikat. Namun, pejabat AS khawatir China mengirim baja lewat Vietnam meski Vietnam tidak berada di posisi 10 besar. Kanada, Brazil, Korea Selatan, Meksiko dan Rusia termasuk eksportir baja terbesar.
Saat ini belum tahu kapan Trump akan ambil keputusan. Namun, Kementerian Perdagangan Perdagangan sudah memberikan laporannya. Secara hukum, Trump memutuskan soal tarif tersebut pada pertengahan April.
Â
Reaksi China
China pun tidak tinggal diam. China memperingatkan Presiden AS Donald Trump bila ambil aksi dengan menaikkan tarif impor baja dan aluminium.
"Jika keputusan akhir AS mempengaruhi kepentingan China, kami akan ambil tindakan untuk bela hak kami," ujar Wang Hejun, Pejabat Senior Kementerian Perdagangan China.
Rekomendasi Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross datang pada liburan Tahun Baru China Imlek saat kantor pemerintahan dan bisnis tutup selama sepekan.
Para ahli memperingatkan ketegangan perdagangan akan meningkat antara AS dan China. Dua negara tersebut memiliki ekonomi terbesar di dunia.
Sebelumnya Trump sudah memberlakukan tarif impor panel surya dan mesin cuci sehingga pengaruhi bisnis di China dan banyak negara lainnya. China dan negara lainnya mengajukan hal itu ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
Tindakan AS di sektor perdagangan tersebut dapat mendorong Beijing untuk merespons dengan tindakan tegas terhadap perusahaan AS yang bergantung pada pasarnya yang besar.
Sejak langkah Trump memberlakukan tarif impor panel surya dan mesin cuci, China mengumumkan sedang selidiki ekspor sorgum AS, produk pertanian.
Advertisement