Sukses

Alasan Bos Mayapada Memilih Jadi Filantropi

Tahir pernah berkunjung ke lokasi rawan perang di luar negeri, seperti konflik di Suriah.

Liputan6.com, Jakarta - Menjadi salah satu orang terkaya di Indonesia, Dato' Sri Tahir yang merupakan pendiri dari Grup Mayapada, tak pernah pelit membagikan kekayaannya. Ia menjadi salah seorang filantropi terbesar di Indonesia. 

"Filantropi adalah panggilan hati nurani diri. Dengan apa yang saya miliki, saya ingin ikut membawa kesejahteraan untuk Indonesia," ucapnya dalam acara SUPERMENTOR–21: What the Future Looks Like, di Grand Sahid Jaya Hotel, Jakarta, seperti ditulis Senin (19/2/2018).

Pria yang tercatat memiliki kekayaan sebesar US$ 3,5 miliar ini mengutarakan, dirinya senang berkontribusi dalam bidang sosial, seperti mengunjungi lokasi bencana alam seperti yang pernah menerpa wilayah Aceh, Yogyakarta dan Manado.

Tidak hanya di dalam negeri, Tahir juga pernah berkunjung ke lokasi rawan perang di luar negeri, seperti konflik di Suriah.

Selain itu, ia juga dikenal sering mewakafkan harta kepemilikannya dalam jumlah yang tidak sedikit. Dia menceritakan, sering menyisihkan uang dalam jumlah hingga ratusan miliar.

Hobi menggelontorkan dana amal dan menjadi seorang filantropi itu disebutnya tidak lepas dari riwayat masa lalunya yang berasal dari keluarga tidak mampu.

"Saya datang dari keluarga miskin yang tidak punya apa-apa. Hal itu menggerakan saya untuk bisa membantu orang banyak. Saya merasa solid dan penuh sukacita dengan melakukan itu," ucap Tahir.

2 dari 2 halaman

Bantu 5000 Calon Pekerja

Sebelumnya, Tahir Foundation berkomitmen membantu meningkatkan keterampilan calon pekerja migran Indonesia. Komitmen itu tertuang dalam nota kesepahaman antara Tahir Foundation dengan Kementerian Ketenagakerjaan, Kamis, 8 Februari 2018 di Jakarta.

Nota kesepakatan ditandatangani pendiri Tahir Foundation, Dato’ Sri Tahir dan Menteri Ketenagakerjaan M Hanif Dhakiri.

Inti dari nota kesepahaman tersebut adalah Tahir Foundation akan membantu memberikan pelatihan peningkatan keterampilan bagi 5.000 calon pekerja migran atau tenaga kerja Indonesia sebelum bekerja di luar negeri.

Pihak Kementerian Ketenagakerjaan menyediakan tempat, sedangkan Tahir Foundation menyediakan alat pelatihan, instruktur, serta biaya pelatihan. Kerja sama ini berlangsung selama lima tahun.

“Saya mengucapkan terima kasih kepada Dato’ Tahir beserta seluruh jajaran Tahir Foundation yang telah menunjukkan kepeduliannya terhadap peningkatan kompetensi para calon pekerja migran Indonesia,” kata Menteri Hanif usai penandatangan.

Pada tahap awal, kerja sama akan ditempatkan di Balai Latihan Kerja (BLK) milik Kementerian Ketenagakerjaan di Semarang, Jawa Tengah, Lembang, dan Serang, Jawa Barat, serta satu BLK di Jawa Timur.

Pelatihan ini hanya diperuntukkan bagi calon pekerja migran sektor formal, bukan penata laksana rumah tangga.

Video Terkini