Sukses

Investasi Kereta Cepat Jakarta-Bandung Bengkak Rp 1 Triliun

Nilai investasi proyek kereta cepat rute Jakarta-Bandung ‎membengkak dari US$ 5,99 miliar menjadi US$ 6,07 miliar.

Liputan6.com, Jakarta - Nilai investasi proyek kereta cepat Jakarta-Bandung ‎membengkak. Hal ini diakibatkan tambahan biaya asuransi proyek dan biaya pelindung pinjaman terhadap volatilitas yang tak terduga atau Debt Service Reserve Account (DSRA).

Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Utama PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) Dwi Windarto mengatakan, awalnya proyek ‎kereta cepat Jakarta-Bandung dianggarkan US$ 5,99 miliar, tapi kemudian bertambah menjadi US$ 6,07 miliar. Kenaikannya sekitar US$ 80 juta. 

Itu artinya jika dihitung dengan kurs Rp 13.500 per dolar AS, maka sebelumnya nilai investasi proyek kereta cepat sebesar Rp 80,87 triliun, kini naik menjadi Rp 81,96 triliun. Dengan demikian, bengkak sekitar Rp 1,08 triliun. 

Dwi mengklaim penambahan invetasi kereta cepat Jakarta-Bandung sudah disepakati sejak lama.

"(Penambahan investasi) itu sudah lama kok," kata Dwi usai rapat koordinasi di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Jakarta, Selasa (20/2/2018).

‎Dwi mengungkapkan, kenaikan nilai investasi itu disebabkan beberapa hal, yaitu biaya asuransi proyek pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung dan DSRA. Biaya tersebut harus ditanggung KCIC selaku peminjam uang.

‎"Asuransi dan DSRA, debt service reserve account. Jadi reserve account yang harus ditanggung KCIC karena pinjaman, tuturnya.

Menurut Dwi, porsi pendanaan‎ proyek kereta cepat Jakarta-Bandung terdiri 75 persen berasal dari China Bank Development (CBD), sedangkan sisanya 25 persen berasal dari pemegang saham KCIC.

Porsi pemegang saham KCIC 25 persen, terdiri dari lima badan usaha China dengan nama Beijing Yawan 40 persen dan empat perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang tergabung dalam PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) sebesar 60 persen.

Empat BUMN yang tergabung dalam PSBI, yakni PT Kereta Api Indonesia  (KAI), PT Wijaya Karya (Persero), PT Jasa Marga (Persero), dan PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero).

‎"Senilai US$ 6,07 miliar (investasi kereta cepat Jakarta-Bandung). Sudah tanda tangan agreement.  Sebesar 75 persen CDB, 25 persen dari ekuitas pemegang shaam. Pemegang saham KCIC 40 persen Beijing Yawan dari lima BUMN China, 60 persen PSBI kan empat BUMN," tandasnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini: 

 

2 dari 2 halaman

Pemerintah Buka Opsi Perpanjang Rute Kereta Cepat ke 2 Daerah

Pemerintah membuka kemungkinan memperpanjang rute kereta cepat Jakarta-Bandung hingga ke Solo dan Yogyakarta. Sebelumnya, proyek yang digarap bersama China tersebut juga diwacanakan hingga ke Kertajati.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, sebenarnya jarak yang ideal untuk sebuah proyek kereta cepat, yaitu 300 kilometer (km), sedangkan untuk jarak Jakarta-Bandung baru sekitar 143 km.

"Ya bisa saja nanti (sampai Solo dan Yogyakarta), karena jarak rata-rata kereta api cepat itu jaraknya pada 300 km baru akan feasible. Jadi, kita belum tahu tapi opsi kita buka, tapi apa yang sekarang jalan kita jalani dulu, anti 140 km dulu yang jalan ya 140 km," ujar dia di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta pada 5 Februari 2018. 

Menurut Luhut, dirinya akan terus memantau perkembangan pembangunan proyek transportasi tersebut. Untuk bisa merealisasikan kereta cepat hingga mencapai Solo atau Yogyakarta akan dilakukan kembali studi kelayakan (feasibility study/FS) selanjutnya.

"Iya, akan akan pimpin itu. Jadi apakah nanti 140 km, apakah ke Kertajati, ataukah mungkin kita pilihan sampai ke Yogya dan Solo, nanti kita hitung lagi, karena kita mau lihat FS pada ini," dia menuturkan

Menurut dia, studi kelayakan untuk melihat apakah proyek tersebut memungkinkan untuk mencapai Solo atau Yogyakarta tengah dilakukan. "Iya sekarang saya lagi kerjain, lagi saya kerjain," tandas dia.