Sukses

Chairul Tanjung: Butuh SDM Unggul agar RI Maju

Mantan Menko Bidang Perekonomian Chairul Tanjung ini juga menyoroti soal big data di masa depan.

Liputan6.com, Jakarta Indonesia agar semakin maju dibutuhkan sumber daya manusia (SDM) yang unggul. Ini juga menjadi tantangan bagi Indonesia untuk meningkatkan kualitas SDM.

Hal itu disampaikan Mantan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Chairul Tanjung. Ia menuturkan, kualitas sumber daya manusia (SDM) menjadi salah satu faktor penting agar mendorong menjadi negara maju.

"Jadi untuk maju, kita butuh SDM yang unggul. Ini masalah krusial bagi Indonesia," tutur Chairul Tanjung, saat memberikan sambutan pada acara peluncuran buku yang berjudul Indonesia: Enhancing Productivity through Quality Jobs oleh Asian Development Bank (ADB), Selasa (20/2/2018).

 

Chairul mengatakan, dunia kerja saat ini juga tak hanya bergantung pada sektor yang sudah ada. Namun ke depan semua mengarah pada big data.

"Dulu ada batu bara, pertambangan, dan lain sebagainya. Sekarang the world's most valuable recources adalah data. Semua bergantung pada data," ucap dia.

"Eranya marketing saat ini di push through by big data," tambah dia.

Selain big data dan otomatisasi, Ia menambahkan, kemajuan suatu negara juga tak hanya bergantung pada produktivitas dan efisiensi. Kini juga perlu inovasi, kreativitas, dan juga jiwa wirausahawan.

"Kalau kita mau menang, kita butuh inovasi, kreativitas, dan entrepreneur. Kalau hanya produkftif dan efisien, kita hanya mampu untuk survive," ujar Chairul Tanjung.

Chairul Tanjung menuturkan, ada dua hal yang mengubah situasi negara. Pertama, krisis ekonomi menyebabkan pemetaan usaha berubah sehingga banyak negara kalah dibandingkan menang. Kedua, perubahan platform. "Kita harus dalam posisi menang," ujar dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

2 dari 2 halaman

Chairul Tanjung: Ekonomi RI Bakal Lebih Baik pada 2018

Mantan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Chairul Tanjung menyatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2018 akan lebih baik dibandingkan 2017. Hal ini didorong baik dari sisi internal maupun eksternal seperti perbaikan pada pertumbuhan ekonomi dunia.

Pria yang akrab disapa CT ini mengungkapkan, perekonomian dunia tahun ini diprediksi tumbuh lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya. Jika pada 2017 pertumbuhan ekonomi dunia 3,7 persen, tahun ini diperkirakan mencapai lebih dari 4 persen.

"Ekonomi dunia memang pertumbuhannya membaik. Ekonomi dunia tahun lalu tumbuh 3,7 persen, padahal dari perkiraan analis tumbuh di bawah 3 persen. Jadi ada swing ekonomi dunia yang mengarah lebih baik. Bahkan tahun ini diprediksi tumbuh 3,9 persen. Biasanya analis lebih konservatif dari kenyataannya. Jadi kalau prediksinya 3,9 persen, maka bisa lebih dari itu yaitu di atas 4 persen," ujar dia di kawasan Kuningan, Jakarta, Kamis 8 Februari 2018.

Dia mengungkapkan, pertumbuhan ekonomi yang cepat di dunia akan berdampak pada permintaan barang dan jasa. Selain itu, hal ini juga akan berdampak pada perbaikan harga komoditas di pasar internasional, salah satunya minyak mentah.

"Hukum ekonomi, harga pasti akan naik kalau permintaan meningkat. Sebagai contoh minyak mentah yang dulu pernah jatuh hingga US$ 20 per barel, sekarang sudah naik ke US$ 65 per barel. Kalau harga minyak naik, banyak komoditas yang terkait yang juga naik. Harga minyak sawit naik, pertambangan naik, juga komoditas hasil perkebunan. Tentu ini akan berpengaruh pada pertumbuhan," jelas dia.

Selain itu, yang akan mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih baik di tahun ini adalah adanya 171 pemilihan kepala daerah (pilkada). Gelaran pesta demokrasi ini diyakini akan mendorong konsumsi dalam negeri yang berdampak pada perekonomian nasional.

"Tahun ini tahun politik, ada pilkada di 171 provinsi, kabupaten, kota. Banyaknya uang mengalir di masyarakat akan menjadi peningkatan daya beli. ini. Jadi akan dorong konsumsi yang juga akan menjadi pendorong yang luar biasa bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia," kata dia.

Terakhir, faktor pendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini yaitu kebijakan pemerintah yang akan lebih banyak berpihak pada masyarakat kecil. Hal tersebut juga akan mendorong daya beli masyarakat khususnya kelas menengah ke bawah.

"Pemerintahan Jokowi-JK sudah masuk tahun ke-4. Akan banyak kebijakan yang anggarannya berpihak pada percepatan pembangunan. Anggaran ini akan memacu konsumsi. Oleh sebab itu, pertumbuhan ekonomi di 2018 akan lebih baik dari 2017," ujar dia.