Liputan6.com, Jakarta - Mata uang digital semakin marak dalam setahun terakhir ini lantaran nilai pasar melonjak signifikan.
Oleh karena itu, mata uang digital menjadi perhatian pelaku pasar keuangan, ekonom, miliarder, dan lainnya. Mata uang digital juga masih menimbulkan pertanyaan bagaimana karakter dan kelangsungannya ke depan.
S&P Global Ratings percaya kalau mata uang digital membutuhkan sejumlah peraturan dan pedoman sebelum berdampak terhadap keuangan.
Advertisement
Baca Juga
Hal itu berdasarkan laporan berjudul "The Future of Banking:Cryptocurrencies Will Need Some Rules To Change The Game".
Mengutip keterangan tertulis dari laman S&P, seperti ditulis Rabu (21/2/2018), mata uang digital telah menarik banyak perhatian pasar selama 12 bulan terakhir. Mata uang digital ini bebas dari kendali bank sentral dan berisiko memengaruhi sistem keuangan tradisional.
Selain itu, mata uang digital juga dapat bubble atau ciptakan gelembung, dan mengangkat perhatian regulator. Namun, S&P yakin kalau karakteristik mata uang digital termasuk instrumen spekulatif. Jika nilai pasarnya jatuh belum akan ganggu stabilitas keuangan global.
"Untuk saat ini, penurunan nilai mata uang digital berarti hanya akan menjadi riak di industri jasa keuangan. Masih terlalu kecil untuk mengganggu stabilitas dan pengaruhi penilaian kelayakan kredit bank," ujar Pimpinan S&P Global Ratings Financial Institution Mohamed Damak.
Pada tahap pertama, S&P melihat kalau investor ritel yang akan menjadi pihak pertama yang menanggungnya jika nilai pasar mata uang digital runtuh.
"Kami berharap juga dampaknya terhadap bank masih terbatas. Jika mata uang digital menjadi aset, dampaknya terhadap layanan keuangan perusahaan juga bertahap," ujar dia.
"Kami percaya kalau kesuksesan mata uang digital di masa depan sangat bergantung pada pendekatan koordinasi regulator global dan pembuat kebijakan untuk mengatur dan meningkatkan kepercayaan pasar terhadap instrumen ini,"Â ucap Damak.
S&P melihat teknologi blockchain pun menjadi dasar dari mata uang digital dan memungkinkan terciptanya transaksi digital besar.
"Jika diadopsi secara luas, blockchain dapat memiliki dampak berarti dan berdampak ke biaya transaksi keuangan. Infrastruktur pasar keuangan juga mendapatkan untung dari mata uang digital dan blockchain melalui peluncuran produk baru," jelas dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Â
Kini Beli Burger Bisa Pakai Mata Uang Virtual
Sebelumnya, tren penggunaaan mata uang virtual atau yang lebih dikenal cryptocurrency tak dimungkiri terus berkembang. Bahkan, salah satu waralaba burger kenamaan, Burger King, baru saja meluncurkan mata uang digitalnya sendiri.
Dilansir dari BBC, Sabtu 2 September 2017, Burger King cabang Rusia telah mengeluarkan mata uang virtual sendiri yang diberi nama WhopperCoin. Pelanggan bisa mendapatkan satu WhopperCoin untuk tiap rubel (mata uang Rusia) yang dihabiskan saat membeli burger.Nantinya, WhopperCoin tersebut dapat digunakan kembali untuk membeli makanan di Burger King. Sebagai informasi, satu Whopper dihargai sebesar 1.700 WhopperCoin.
Untuk mengembangkan sistem ini, Burger King telah bekerja sama dengan startup di bidang crypto-cash, Waves. Perusahaan tersebut menjalankan blockhcain koin untuk melacak siapa saja yang telah memiliki WhopperCoin dan membelanjakannya.
Adapun mekanisme untuk mendapatkan koin virtual ini adalah dengan memindai struk yang didapat pelanggan saat bertransaksi. Setelah itu, koin tersebut akan disimpan dalam dompet elektronik.
Namun untuk sekarang, Burger King belum menyiapkan aplikasi khusus. Rencananya, aplikasi untuk Android dan iOS akan meluncur bulan depan, sehingga pelanggan dapat menyimpan, membagi sekaligus menukar koin yang sudah dikumpulkan.
Head of External Communications Burger King Rusia Ivan Shestov menuturkan, skema semacam ini dapat menjadi investasi. Berdasarkan pantauan di media sosial, sambutan pelanggan terhadap skema ini juga positif, karena banyak yang sudah mengklaim koin virtual tersebut.
Sekadar informasi, cryptocurrency merupakan sistem mandiri yang memilki kesamaan teknis dengan Bitcoin. Namun karena dikembangkan sendiri, perusahaan dapat mematikan sistem tersebut jika disalahgunakan.
Advertisement