Sukses

KEIN: Program Kesejahteraan Jokowi Ciptakan Keadilan

Program keadilan ekonomi memiliki dua orientasi, yakni terkait akses dan aset. Akses salah satunya perihal permodalan.

Liputan6.com, Jakarta Program kesejahteraan Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden Jusuf Kalla dinilai sudah mampu menciptakan keadilan ekonomi bagi rakyat Indonesia. Ini sesuai komitmen kedua pimpinan negara tersebut.

Hal ini diungkapkan Wakil Ketua Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) Arif Budimanta saat menjadi pembicara pada sarasehan Pergerakan Indonesia Maju yang bertajuk Sistem Ekonomi Berkeadilan: Mengurai Kesenjangan.

"Keadilan sosial harus mampu diwujudkan secara nyata dalam kehidupan segenap bangsa dan seluruh tumpa darah Indonesia. Clear yang disampaikan Pak Presiden," ujar Arif Budimanta di Jakarta, Kamis (22/2/2018).

Arif menuturkan, program keadilan ekonomi tersebut memiliki dua orientasi, yakni terkait akses dan aset. Akses salah satunya berkaitan dengan permodalan.

Dia mengapresiasi pemerintahan saat ini mampu menawarkan kemudahan permodalan kepada rakyat secara merata. Ini bisa dilihat dari kucuran kredit berbunga rendah.

"Sebelum Jokowi jadi Presiden, tidak pernah mendengar kita, kredit usaha rakyat itu bunganya single digit. Sekarang di 2018, bunga daripada KUR yang ditujukan kepada UMKM itu ada plafon kurang lebih sekitar Rp 117 triliun dengan bunga 7 persen. Ini part of comitment untuk mewujudkan keadilan sosial," dia menegaskan.

Dia menilai pemberian bunga kredit yang rendah ini sebagai bentuk keadilan. Akses modal tak hanya didapat para konglomerat tetapi juga rakyat biasa. Keadilan dituangkan negara melalui kebijakan fiskal dan moneter. Sementara tentang restribusi aset, berhubungan dengan program reforma agraria.

 

 

 

2 dari 2 halaman

Harus Berlandaskan Pancasila

Politisi PDIP ini mengungkapkan sistem ekonomi yang berkeadilan harus berlandaskan Pancasila. "Untuk isi ruh Pancasila ada 3 pilar dan 5 prinsip dasar yang kita semua musti sepakati," kata dia.

Dia mengatakan Indonesia juga tidak anti pasar. Ini karena semua kegiatan ekonomi dijalankan dalam instrumen pasar, yang bukan dalam hubungan supply dan demand semata, tapi masalah relasi sosial yang berlandaskan Pancasila. Relasi antara power dan capital.

Negara, kata dia, memang harus hadir membela yang lemah. "Nah di sinilah prinsip keadilan muncul," kata dia.Â