Sukses

Rupiah Diprediksi Masih Akan Terombang Ambing Tahun Ini

BI menjelaskan fluktuasi rupiah tersebut karena sentimen global, terutama dari AS yang ekonominya terus membaik dan kenaikan suku bunga acuan. Gelojak rupiah diprediksi masih akan terjadi sepanjang 2018.

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) selama Februari menunjukkan tren pelemahan. Bahkan jika dilihat dari 1 Januari hingga 21 Februari 2018, rupiah sudah melemah 0,84 persen.

Bank Indonesia (BI) menjelaskan, fluktuasi rupiah tersebut karena sentimen global, terutama dari AS yang ekonominya terus membaik. Akibatnya The Federal Reserve (The Fed) akan menaikkan suku bunga acuannya.

Gubernur BI, Agus Martowardojo memperkirakan The Fed akan menaikkan bunga acuannya sebanyak tiga kali pada 2018. Yang pertama, suku bunga akan dinaikkan dalam The Federal Open Market Committee (FOMC) meeting yang akan diselenggarakan Maret 2018.

"Jadi secara umum market di dunia akan ada volatilitas. Kami lihat akan ada tekanan besar sampai dengan FOMC nanti naikkan bunga (Maret). Tapi nanti (kedua) Juni akan naik lagi, sehingga Mei akan ada volatilitas lagi, begitu juga mendekati Desember (ketiga)," ucap Agus di Kompleks Bank Indonesia, Jumat (23/2/2018).

Diakui Agus, rupiah sempat melesat menguat pada Januari ini, namun mendekati akhir bulan tren tersebut mulai mereda dan berbalik melemah. Untuk itu, pelemahan ini diperkirakan BI hanya bersifat sementara.

Namun demikian, Agus memastikan BI akan selalu ada di pasar jika pergerakan rupiah sudah keluar dari koridor fundamentalnya. Sampai sekarang, pelemahan rupiah tersebut dianggap masih aman.

Sebelumnya, BI mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat pada Januari 2018 setelah sempat mengalami tekanan pada kuartal IV-2017.

Pada kuartal IV-2017, secara rata-rata harian, rupiah melemah sebesar 1,51 persen menjadi Rp 13.537 per dolar AS. Namun, rupiah kembali menguat sebesar 1,36 persen menjadi Rp 13.378 per dolar AS pada Januari 2018.

"Penguatan rupiah ini didorong oleh aliran modal asing yang kembali masuk sejalan dengan persepsi positif investor terhadap perekonomian domestik dan penguatan mata uang kawasan," ungkap Agus. 

Tonton Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Rupiah Bergerak Stabil di 13.541 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak stabil pada perdagangan Senin pekan ini. Pada pekan lalu dolar AS mengalami tekanan cukup dalam sehingga rupiah mampu menguat juga. 

Mengutip Bloomberg, Senin (19/2/2018), rupiah dipatok di angka 13.541 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 13.524 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 13.530 per dolar AS hingga 13.565 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah bergerak menguat 0,14 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 13.541 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan patokan Jumat lalu yang ada di angka 13.570 per dolar AS.

Dolar AS sebenarnya mulai menguat pada perdagangan hari ini setelah mengalami tekanan yang cukup dalam pada pekan lalu. Namun memang, penguatannya tak tinggi dan hanya mampu bertahan sedikit di atas level terendah dalam tiga tahun.

The dollar index yang mengukur nilai tukar dolar AS terhadap enam mata yang dunia bergerak stabil di angka 89,045 setelah mengalami pelemahan dalam ke posisi terendah sejak 2014 di angka 88,253.

Dolar AS memang terbebani oleh berbagai faktor pada tahun ini termasuk kekhawatiran akan kebijakan moneter yang akan dikeluarkan oleh Bank Sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed).

"Penurunan dolar AS pada pekan lalu terlalu berlebih sehingga pada pekan ini kemungkinan akan bergerak stabil,' jelas analis Daiwa Securities, Tokyo, Yukio Ishizuki.

"Bahkan kemungkinan dolar AS bisa rebound karena sudah menyentuh posisi yang sangat rendah," lanjut dia.