Sukses

Embrio dan Sperma Sapi Belgian Blue Dinilai Terlalu Mahal

Pengembangan sapi Belgian Blue dikritik karena harga embrio dan sperma jenis sapi tersebut terlalu mahal.

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Pertanian (Kementan) tengah mengembangkan jenis sapi baru dengan memanfaatkan embrio dan sperma sapi asal Belgia atau sapi Belgian Blue. Namun program pengembangan ini dipertanyakan karena harga embrio dan sperma jenis sapi tersebut yang ‎terlalu mahal.

Menurut sumber Liputan6.com, harga sperma sapi Belgian Blue mencapai Rp 450 ribu per suntikan. Angka ini jauh lebih mahal dibandingkan harga sperma sapi lokal yang di bawah Rp 10 ribu per suntikan.

"Ini kenapa kok membuat tender semahal itu, terlalu mahal kalau satu suntikan itu Rp 450 ribu. Sedangkan lokalan di bawah Rp 10 ribu per suntikan. Kita sudah punya pabrik semen (sperma) di tiga tempat, Ungaran, Singosari, Lembang, jual ke rakyat paling mahal Rp 10 ribu per suntikan," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Minggu (25/2/2018).

Selain sperma, harga embrio sapi Belgian Blue juga dinilai terlalu mahal. Sebab, untuk satu embrio harganya mencapai Rp 9,9 juta.

"Embrio juga harganya Rp 9,9 juta. Itu beli 1.000 embrio, jadi Rp 9,9 miliar. Sekarang embrio ini mau ditanamkan ke sapi yang mana," kata dia.

Sumber itu juga mengungkapkan, dengan harga semahal itu, maka tidak bisa diterapkan oleh peternak lokal. Oleh sebab itu, program ini hanya akan membuang anggaran saja.

‎"Sapi belgian Blue itu akan dikembangkan di Indonesia. Tapi dengan harga segitu ke peternak ya terlalu mahal. Ini harus dicari tahu kenapa pemerintah pengadaannya senilai itu. Padahal ada yang harganya lebih murah. Ini buang-buang anggaran," jelas dia.

Sementara itu, ‎Kepala Badan Embrio Ternak (BET) Cipelang, Oloan Parlindungan mengakui harga sperma sapi Belgian Blue memang mencapai Rp 450 ribu.

"Sperma Belgian Blue impor harganya Rp 450 ribu. Kalau sperma produksi dalam negeri di pasaran hanya Rp 7.000," kata dia.

Meski mahal, embrio dan sperma sapi Belgian Blue yang ditengah dikembangkan akan menghasilkan sapi yang lebih baik dan bobot yang besar. Sebab bobot sapi tersebut bisa mencapai 1,5 ton-2 ton, jauh di atas sapi-sapi lokal yang berkisar 600 ton-800 ton.

"Yang jantan nanti kita akan jadikan pejantan penghasil semen beku. Insya Allah di 2021 kita sudah bisa produksi semen beku (sapi Belgian Blue)," tandas dia.

Tonton Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Target Kementan

Kementerian Pertanian (Kementan) menargetkan 1.000 ekor kelahiran sapi Belgian Blue sepanjang 2017 hingga 2018. Usaha ini dilakukan untuk mewujudkan swasembada daging sapi di Indonesia. 

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menjelaskan, untuk mewujudkan kelahiran 1.000 ekor anak sapi tersebut, kementerian Pertanian menganggarkan dana kurang lebih Rp 20 miliar.

"Dalam waktu dekat kami akan segera melakukan lelang", kata Amran seperti dikutip dari keterangan tertulis beberapa waktu lalu.

Pengembangan sapi Belgian Blue tersebut akan dilakukan di Balai Embrio Ternak Cipelang (BET Cipelang). Di balai tersebut tengah dikembangkan teknologi dalam rangka introduksi jenis sapi baru di Indonesia.

Keberadaan Belgian Blue digunakan untuk disilangkan dengan sapi lokal untuk meningkatkan perototan sapi lokal.

Pengembangan dilakukan dengan menggunakan semen beku Belgian blue dengan mengimplementasikan TE (Transfer Embryo) dan sudah dilakukan sejak tahun 2016.

Dalam sejarahnya, sapi Belgian Blue merupakan perkawinan antara sapi Shorthorn atau Durham dengan sapi lokal Belgia. Sapi hasil persilangan ini memiliki warna kulit kebiruan sehingga disebut dengan Belgian Blue.

Beberapa keuntungan yang diperoleh dari terjadinya mutasi ini adalah, perototan yang luar biasa, sehingga jumlah karkas juga meningkat dan kandungan lemak rendah.

"Dengan dikembangkannya sapi Belgian blue ini, maka akan dapat membantu upaya pemerintah dalam meningkatkan produksi daging sapi di Indonesia,” tutupnya.