Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo (Jokowi) dijadwalkan akan bertemu dengan Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) Christine Lagarde di Istana Merdeka, Jakarta pada hari ini.
Pada pertemuan itu, Jokowi dan Lagarde akan membahas sejumlah hal terkait persiapan Indonesia sebagai tuan rumah pertemuan tahunan IMF-Bank Dunia. Rencananya, acara besar ini akan diselenggarakan di Nusa Dua, Bali, pada Oktober nanti.Â
Tak hanya bertemu, Presiden Jokowi rencananya akan mengajak Christine Lagarde bersama-sama meninjau pasar secara langsung alias blusukan.
Advertisement
"Blusukannya setelah pertemuan," jelas Kepala Biro Pers, Media, dan Informasi IstanaKepresidenan Bey Mahmudin saat dikonfirmasi wartawan, Senin (26/2/2018).
Namun tak dijelaskan lokasi pasti blusukan Jokowi dan Lagarde. Kabar yang beredar, keduanya akan blusukan ke Pasar Mayestik dan Tanah Abang.
Pastinya, ini bukan pertama kali Jokowi mengajak tamu negara blusukan ke pasar. Sebelumnya Jokowi pernah mengajak Perdana Menteri Australia, Malcolm Turnbull dan Presiden Republik Filipina ‎Rodrigo Roa Duterte blusukan ke Pasar Tanah Abang.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Â
Â
Â
Â
IMF Prediksi Ekonomi RI Tumbuh 5,3 Persen pada 2018
The International Monetary Fund (IMF) atau Dana Moneter Internasional menyatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat naik secara bertahap menjadi 5,6 persen dalam jangka menengah.
Pertumbuhan ekonomi itu akan disumbangkan dari permintaan domestik. Akan tetapi, IMF memperingatkan Indonesia mengenai peningkatan investasi infrastruktur yang dapat bebani negara.
Dalam tinjauan tahunan atas kebijakan ekonomi Indonesia yang dirilis pada Selasa 6 Februari 2018, IMF juga memproyeksikan inflasi tahunan akan tetap sekitar 3,5 persen. Diharapkan inflasi dapat terjaga baik.
Baca Juga
Selain itu, defisit neraca berjalan diperkirakan tetap dekati dua persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Ini didorong harga komodits dan ekspor yang kuat.
Laporan IMF juga menyebutkan, tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,3 persen pada 2018. Angka ini lebih tinggi dibandingkan 2017 di kisaran 5,1 persen. Namun, pertumbuhan ekonomi tersebut lebih rendah dari target pemerintah Indonesia. Di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), pertumbuhan ekonomi dipatok di kisaran 5,4 persen pada 2018.
"Risiko terhadap prospek masih ada terutama lonjakan volatilitas keuangan global, ketidakpastian seputar kebijakan ekonomi Amerika Serikat, penurunan pertumbuhan di China dan ketegangan geopolitik," tulis IMF, seperti dikutip dari laman Reuters, Rabu (7/2/2018).
IMF menilai, pertumbuhan global dan harga komoditas dapat membantu prospek ekonomi Indonesia. Namun risiko domestik membayangi Indonesia antara lain kekurangan penerimaan pajak dan pembiayaan fiskal yang lebih besar karena suku bunga tinggi.
IMF juga mendesak pemerintah Indonesia tetap mewaspadai risiko arus modal yang volatile dan penyesuaian fiskal 2018. Ini untuk menjaga pertumbuhan dan menjaga kondisi fiskal.
Selain itu, IMF menyambut baik kemajuan Indonesia untuk meningkatkan investasi infrastruktur. Namun langkah tersebut harus disesuaikan dengan pembiayaan yang tersedia dan kemampuan ekonomi untuk serap investasi baru.
"Prioritas harus diberikan untuk pembiayaan infrastruktur dengan pendapatan dalam negeri, serta partisipasi sektor swasta lebih besar termasuk investasi langsung asing. Ini agar batasi penumpukan utang perusahaan dan kewajiban kontinjensi dari Badan Usaha Milik Negara," tulis IMF.
Â
Advertisement