Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) menyelenggarakan High Level Interenational Conference di Hotel Fairmont, Jakarta pada Selasa 27 Februari 2018. Ini menjadi satu rangkaian acara persiapan IMF-World Bank yang akan dilaksanakan pada Oktober 2018 di Bali.
Hadir dalam acara ini Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde, Gubernur Bank Indonesia Agus DW Martowardojo, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan dan Menteri keuangan RI Sri Mulyani.
Saat pembukaan, Agus memaparkan berbagai persiapan telah dilakukan Indonesia dalam menyambut IMF-World Bank Annual Meetings di Bali pada Oktober 2018. Salah satu kesiapan dari sisi ekonomi.
Advertisement
Baca Juga
Â
Agus menuturkan, Indonesia menjadi salah satu negara berkembang yang memiliki daya tahan ekonomi yang cukup kuat dibanding negara berkembang lainnya, terutama di kawasan Asia Pasifik.
"Di kawasan, Indonesia terus menunjukkan perannya dalam mendukung stabilitas. hal itu terlihat dari pertumbuhan ekonomi yang stabil di angka 5 persen dan ini akan terus tumbuh ke depannya," kata Agus di Hotel Fairmont, Jakarta, Selasa (27/2/2018).
Satu hal untuk mendukung pertumbuhan tersebut, Bank Indonesia telah mampu dan terus menjaga inflasi tetap terkendali. Dalam tiga tahun terahir, inflasi Indonesi terbukti terjaga di angka sekitar 3 persen.
Untuk level pemerintah, Agus menjelaskan, komitmen sudah diwujudkan dengan terus melakukan deregulasi demi memperbaiki iklim investasi dalam menopang pertumbuhan ekonomi. Terbukti sampai saat ini sudah ada 13 paket kebijakan yang dikeluarkan pemerintah.
Sebagai pencapaian dari kinerja yang sudah dilakukan tersebut, Indonesia kini mendapat rating investment grade dari berbagai lembaga pemeringkat dunia, antara lain S&P, Fitch Rating dan Moody's. "Ditambah peringkat Ease of Doing Business Indonesai naik dari 106 kini sudah di peringkat 72," tambah Agus.
Dengan berbagai kekuatan ekonomi ini, Agus menuturkan menjadi bukti Indonesia pantas menjadi tuan rumah IMF-World Bank Annual Meeting. (Yas)
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Â
BI Waspadai Kenaikan Inflasi Jawa dan Sumatera
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) mengimbau kepada pemerintah pusat dan daerah untuk mewaspadai tren peningkatan inflasi di dua pulau, yaitu di Jawa dan Sumatera.
Gubernur BI, Agus Martowardojo mengatakan secara year to date, inflasi rata-rata di dua pulau tersebut lebih tinggi jika dibandingkan tren inflasi selama tiga tahun terakhir.
"Kita perhatikan inflasi di daerah Jawa dan Sumatera kalau terakhir 2018 ada tren inflasi dari gejolak pangan atau volatile food lebih tinggi dari rata-rata inflasi tiga tahun dengan periode yang sama," kata Agus di Kompleks BI, Jumat 23 Februari 2018.
Berbeda jika dibandingkan tren inflasi untuk volatile food di wilayah Indonesia bagian Timur, seperti Kalimantan, Sulawesi, Papua, dan Nusa Tenggara yang justru menunjukkan tren penurunan dibanding tiga tahun terakhir.
Agus mengaku, volatile food menunjukkan tren kenaikan karena adanya peningkatan harga di tiga bahan pangan yaitu beras, bawang putih, dan cabai.
"Tiga ini yang paling beresiko," tegas Agus Martowardojo.
Pemerintah bersama BI sebelumnya sepakat untuk menjaga inflasi volatile food di 2018 tidak lebih dari 4-5 persen. Target tersebut sama seperti target tahun lalu.
Sementara di sisi lain, secara keseluruhan target inflasi pada 2018 akan lebih baik dibanding 2017, yaitu di antara 2,5-4,5 persen.
"Kami masih percaya kalau inflasi akan berada di range yang kami targetkan," ucap Agus.
Untuk inflasi di minggu ke-3 Februari ini, Agus Martowardojo memperkirakan akan ada di angka 0,19 persen dan secara year-on-year di angka 3,2 persen, lebih baik jika dibandingkan periode sama bulan lalu.
Advertisement