Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) memastikan hadir di pasar keuangan untuk intervensi terhadap pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI) Doddy Zulverdi mengatakan, dengan ada intervensi dari Bank Indonesia ini, pelemahan rupiah bisa lebih terkontrol. Hari ini, sesuai JISDOR rupiah melemah menjadi 13.793 per dolar AS dari sebelumnya 13.707 per dolar AS.
"Ini sebenarnya pengaruh global, terutama spekulasi pasar mengenai rencana kenaikan suku bunga oleh The Fed dalam FOMC bulan depan. Jadi bukan karena faktor domestik," kata Doddy di Gedung Bank Indonesia, Kamis (1/3/2018).
Advertisement
Baca Juga
Bahkan, Dody memaparkan kondisi fundamental Indonesia justru menunjukkan tren perbaikan. Terlihat dari pertumbuhan ekonomi yang terus membaik dan inflasi lebih terkendali.
"Jadi kalau tadi kita lihat rupiah sempat di level 13.800 per dolar AS itu terlalu berlebihan dan tidak sesuai fundamentalnya. Makanya dari tadi pagi kita aktif di pasar. Bahkan sebenarnya rupiah punya potensi penguatan," ujar dia.
Hanya saja, Doddy tidak bisa memastikan berapa cadangan devisa yang telah diguyurkan ke pasar, mengingat itu adalah bagian dari strategi Bank Indonesia yang bersifat rahasia.
Sentimen saat ini, diperkirakan Doddy, masih terus berlanjut hingga rapat FOMC usai dilaksanakan. Setelah rapat FOMC, volatilitas rupiah lebih stabil. Meski begitu, cadangan devisa (cadev) Indonesia dipastikan masih aman dan mencukupi untuk menjaga volatilitas rupiah tersebut.
"Tapi jangan diartikan kalau ada laporan cadev bulan ini, misalnya ada pengurangan US$ 10 miliar terus diartikan kita telah interensi pasar dengan jumlah segitu, tidak bisa," tegas Doddy.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Â
Perlu Intervensi
Seperti diketahui sebelumnya, Bank Indonesia diminta untuk segera hadir di pasar dalam menahan pelemahan rupiah yang terjadi dalam beberapa hari ini. Bahkan, kemarin, rupiah sempat menyentuh level 13.700 per dolar AS.
Ekonom INDEF Bima Yudhistira mengungkapkan, saat ini cadangan devisa Indonesia sangat mencukupi untuk menahan gempuran sentimen dari AS yang memengaruhi pergerakan rupiah.
"Yang harus dilakukan BI adalah menjaga rupiah dilevel psikologis. BI bisa gunakan cadangan devisa yang nilainya US$ 132 miliar untuk stabilisasi rupiah di pasar," kata Bima kepada Liputan6.com, Kamis, 1 Maret 2018.
Ia menuturkan, volatilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ini diperkirakan masih akan terjadi hingga Maret 2018. Sebab, di bulan itu, banyak kalangan yang memperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunganya.
Kondisi ini pernah terjadi saat The Fed akan menaikkan suku bunga pada November 2016. "Saat itu cadev turun 4 miliar dolar demi menjaga rupiah tetap terjaga," tambah dia. (Yas)
Advertisement