Sukses

Rupiah Tertekan, Menko Darmin Sebut Belum Mengkhawatirkan

Menko Bidang Perekonomian Darmin Nasution menuturkan, nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar AS lantaran pernyataan Gubernur The Fed Jerome Powell.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution menyebut, pelemahan nilai tukar rupiah yang sempat menembus Rp 13.800 per dolar Amerika Serikat (AS) belum pada kondisi mengkhawatirkan. Bank Indonesia (BI) masih berpeluang intervensi di pasar uang.

"Enggak (mengkhawatirkan)," tegas Darmin saat ditemui di kantornya, Jakarta, Jumat (2/3/2018).

Lebih jauh mantan Gubernur BI itu menjelaskan, pelemahan kurs rupiah terdorong pernyataan Gubernur Federal Reserve, Jerome Powell yang berencana menaikkan suku bunga acuan sebanyak empat kali sepanjang tahun ini.

"Fundamental ekonomi kita tidak ada persoalan, tapi ada pemicunya Powell yang ngomong begini, begitu. Ingin menaikkan (suku bunga) empat kali. Belum tentu sebenarnya, tapi orang sudah mulai pasang kuda-kuda," ujar dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

2 dari 3 halaman

Faktor Global Pengaruhi Rupiah

Akibatnya, Darmin bilang, rupiah terkena imbasnya. Kurs rupiah melemah. Namun gejolak mata uang Garuda diprediksi kembali mereda.

"Kita sudah mengalami ini dua tahun terakhir. Bukan sesuatu yang akan membuat gejolak, tapi memang ada pengaruhnya terhadap ekspektasi orang yang punya duit. Tidak akan melahirkan gejolak, mungkin (suku bunga) akan dinaikkan 0,25 persen, ada pengaruhnya tapi nanti reda lagi," tutur dia.

Sentimen dari luar negeri, Darmin mengakui lebih banyak berpengaruh terhadap pergerakan rupiah akhir-akhir ini. Sebab dari sisi domestik, ekonomi Indonesia dalam keadaan sehat.

"Kalau situasi normal, kurs rupiah harusnya tidak ada masalah karena ekonomi kita berjalan baik, pertumbuhan di atas 5 persen walaupun tidak tinggi benar, inflasi masih terkendali meski ada gejolak harga pangan, dan neraca perdagangan masih surplus," pungkas Darmin.

 

3 dari 3 halaman

BI Pastikan Cadangan Devisa Aman

Sebelumnya, Bank Indonesia memastikan, cadangan devisa (cadev) tetap aman meskipun terus digunakan untuk intervensi pasar demi penghadapi pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Pekan ini, rupiah terus tertekan hingga sempat menyentuh angka 13.800 per dolar AS.

Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Doddy Zulverdi menyatakan, cadangan devisa tetap aman meskipun pelemahan rupiah cukup dalam pada hari ini.

"Dengan surplus neraca pembayaran, BI punya ruang tambahan untuk cadangan devisa. Misal saja, pada tahun lalu, kita surplus sampai dengan Rp 12 miliar," tutur dia.Ia menyatakan neraca pembayaran yang surplus merupakan salah satu faktor domestik yang mampu menahan pelemahan rupiah.

"Ini karena variabel ekonomi domestik kita positif. Mulai dari angka Product Domestic Bruto (PDB) yang naik, data inflasi, neraca pembayaran, sampai confident ekonomi yang mencerminkan by rating ini semua positif. Faktor domestik ini semua seharusnya membuat rupiah tidak melemah secara tajam," kata dia.

Doddy melanjutkan, selain cadangan devisa yang terjaga, ia juga mengharapkan pelemahan ini berdampak positif bagi Indonesia.

"Kalau ada perusahaan yang bahan bakunya dari dalam negeri, maka seharusnya ini positif. Jadi selalu ada yang senang kita rupiah melemah dan juga ada yang marah. Semoga pelemahan ini bisa dimanfaatkan oleh eksportir. Yang penting bagi BI adalah bisa menjaga stabilitas, sehingga confident dalam negeri bisa terjaga," tutupnya.