Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak naik pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta). Penguatan harga minyak ini didukung oleh pelemahan dolar AS namun juga dibatasi akan perkiraan kenaikan mingguan stok minyak mentah AS.
Mengutip Reuters, Rabu (7/3/2018), harga minyak mentah berjangka naik 25 sen atau 0,4 persen dan menetap di US$ 65,79 per barel. Brent mencapai level terendah US$ 65,30 per barel dan tertinggi dalam enam hari di US$ 66,16 per barel selama sesi tersebut.
Sedangkan harga minyak West Texas Intermediate (WTI) naik 3 sen untuk menetap di US$ 62,60 per barel. WTI sempat mencetak level tertinggi dalam enam hari di US$ 63,28 per barel.
Advertisement
Baca Juga
Harga minyak naik karena didukung oleh pelemahan nilai tukar dolar AS yang jatuh ke titik terendah dalam lebih dari sepekan terhadap sekeranjang mata uang utama dunia.
Pelemahan dolar AS ini setelah adanya berita yang dilangsir oleh Korea Selatan bahwa Korea Utara bersedia untuk berdiskusi atau mengadakan pembicaraan dengan Amerika Serikat mengenai penghentian uji coba nuklir.
Setelah beberapa pejabat Korea Selatan bertemu dengan Korea Utara, ke depan para pemimpin Korea Selatan akan mengadakan pertemuan puncak dengan Korea Utara. Hal ini merupakan pertama kalinya dalam satu dekade.
Berita tersebut membuat para pelaku pasar menjual aset-aset safe haven mereka seperti dolar AS dan membeli aset-aset berisiko seperti komoditas.
"Investor memandang sebagai hal yang positif bagi dunia bisnis," jelas analis Price Futures Group di Chicago, AS, Phil Flynn.
Data Persediaan
Namun, harga minyak juga di bawah tekanan jelang keluarnya data persediaan minyak mentah AS.
Ekspektasi pelaku pasar data persediaan mentah mingguan akan menunjukkan kenaikan kedua berturut-turut.
Analis yang disurvei oleh Reuters menjelang data rata-rata memperkirakan stok minyak mentah AS naik 2,7 juta barel dalam pekan yang berakhir 2 Maret.
Advertisement