Sukses

Perang Dagang AS dan China, Siapa yang Untung?

Amerika Serikat dan China bersitegang akibat rencana Presiden AS Donald Trump menerapkan tarif impor buat baja dan aluminium.

Liputan6.com, Jakarta - Amerika Serikat (AS) dan China saat ini tengah bersitegang akibat rencana Presiden AS Donald Trump menerapkan bea masuk untuk produk baja dari berbagai negara, salah satunya China. Kebijakan ini dinilai akan mematikan daya saing baja China di pasar AS.

Bahkan China siap membalas dengan kebijakan yang sama untuk beberapa produk AS yang selama ini ada di pasar China. Sampai saat ini rencana kebijakan ini masih tarik ulur dan belum menunjukkan kepastian. Namun, banyak negara di dunia yang merespons rencana perang dagang antara China dan AS. Salah satunya Indonesia.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI Darmin Nasution mengungkapkan jika AS menerapkan kebijakan itu, maka China akan meningkatkan penjulan bajanya ke beberapa negara, termasuk Indonesia.

"Mereka itu kapasitas produksi bajanya luar biasa besar, jadi bajanya pasti kemana-mana, termasuk ke Indonesia," terang dia di kantornya, Rabu (7/3/2018).

Dengan makin banyaknya baja asal China di Indonesia, otomatis akan meresahkan para pengusaha baja Indonesia yang selama ini cukup dominan di pasar lokal. Untuk itu, pengusaha dituntut untuk meningkatkan daya saing bajanya demi bersaing dengan produk China.

 

2 dari 2 halaman

Selanjutnya

Namun demikian, tidak terlalu berdampak bagi konsumen. Darmin menganggap banyaknya baja di pasar menjadikan harga baja semakin bersaing.

"Industri baja kita tantangan dan saingan, tapi buat konsumen belum tentu kalau konsumen malah senang aja kalau harganya turun," terang dia.

Sebelumnya, Menteri Keuangan RI Sri Mulyani juga berharap adanya keputusan yang tidak merugikan AS dan China. Karena jika perang dagang itu terjadi, akan menimbulkan kekacauan di dunia.

"Kebijakan ini kan masih diperdebatkan, belum ada kepastian. Namun jika terjadi retorika dengam saling membalas tarif, sejarah dunia itu kalau ada perang dagang dampaknya pasti buruk ke ekonomi dunia," ujar Sri. (Yas)

Â