Liputan6.com, Jakarta - Pengusaha mengharapkan nilai tukar rupiah stabil. Hal ini terkait pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang cenderung tertekan sejak Februari 2018.
Hal itu disampaikan Ketua Bidang Organisasi Keanggotaan dan Kaderisasi (OKK) dari Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI), Anggawira.
"Ya namanya pengusaha, kami ingin stabil ya. Ada stabilitas nilai tukar. Enggak ada up and down yang terlalu berlebihan, tapi ya balik lagi ke pemerintah yang bisa kontrol ini," ujar dia, seperti ditulis Kamis (8/3/2018).
Advertisement
Baca Juga
Anggawira menuturkan, pelemahan nilai tukar rupiah tak lepas dari Indonesia yang masih terlalu bergantung terhadap bahan impor sehingga memengaruhi permintaan dolar AS.
"Kami repackaged ya, ngerakit. Jadi enggak ada industri yang sebenarnya murni 100 persen dalam negeri. Hampir 70 sampai 80 persen kita basisnya impor, jadi ya karena ini," kata dia.
Meski demikian, ia mengharapkan pelemahan pelemahan nilai tukar rupiah tidak mengganggu daya beli masyarakat. "Ya kalau kaya begini, otomatis semua harga naik. Daya beli jadi turun. Kami harap ini enggak berlangsung lama," tutur dia.
Sementara itu, rupiah diprediksi masih melemah di kisaran 13.790-13.810 per dolar AS. Ekonom PT Bank Central Asia (BCA) Tbk, David Sumual menyebutkan pelemahan rupiah yang berlangsung lama akan berdampak khusus pada sektor riil. "Kalau melemahnya persisten tentu bisa ganggu sektor riil," ujar dia kepada Liputan6.com.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Â
Gerak Dolar AS
Sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada perdagangan hari ini. Mundurnya penasihat ekonomi Presiden AS Donald Trump mendorong pelemahan dolar AS.
Mengutip Bloomberg, Rabu 7 Maret 2018, rupiah dibuka di angka 13.758 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 13.776 per dolar AS.
Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 13.750 per dolar AS hingga 13.771 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah melemah 1,56 persen.
Adapun berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 13.763 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 13.750 per dolar AS.
Dolar AS memang tertekan terhadap beberapa mata uang utama dunia usai kepala penasihat ekonomi Gedung Putih Gary Cohn mengundurkan diri dari pemerintahan Presiden Donald Trump.
Mantan Direktur Goldman Sachs ini memutuskan untuk berhenti setelah Trump mengumumkan akan mengenakan tarif bea yang tinggi pada impor baja.
Dalam sebuah pernyataannya, Cohn mengatakan bahwa merupakan sebuah kebanggaan bisa melayani negara, terutama dengan adanya pemberlakukan kebijakan ekonomi yang pro pertumbuhan ekonomi untuk menguntungkan masyarakat AS.
Dolar AS masih akan terus tertekan sepanjang tahun ini sehingga memberikan peluang bagi mata uang euro untuk menguat. Oleh karena itu, kenaikan suku bunga Bank Sentral AS diperlukan untuk menjaga kejatuhan dolar AS.
Pada 2017, dolar AS melemah 10 persen terhadap euro. Padahal pada tahun kemarin sebagian besar pelaku pasar yakin dengan prospek pertumbuhan ekonomi AS dan juga Bank Sentral AS telah menaikkkan suku bunga.
Oleh sebab itu, pada tahun ini diperlukan kenaikan suku bunga yang progresif untuk menghindari pelemahan dolar AS lebih lanjut. Selain moneter, pemerintah juga perlu memberikan stimulus fiskal.
Jajak pendapat Reuters terhadap para ekonom, ahli strategi ekuitas, dan analis semuanya menyarankan pemerintah AS salah untuk memotong pajak.
"AS perlu mencari lebih banyak investor asing, dan kami memperkirakan AS akan menghadapi persaingan yang lebih kuat daripada di masa lalu ketika memasarkan persediaan hutang yang meningkat ke investor asing," kata Thomas Flury, analis mata uang UBS Group AG.
Advertisement