Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) mencatat, penghasilan petani di Kalimantan Tengah hanya cukup memenuhi kebutuhan hidup saja. Ini ditunjukkan dari indeks nilai tukar petani (NTP) Kalimantan Tengah (Kalteng).
Indeks Nilai Tukar Petani (NTP) Kalteng masih rendah, yakni baru mencapai 99,26 persen pada Febuari 2018. Ini artinya pendapatan yang diperoleh petani habis untuk mencukupi kebutuhan hidup saja dan mereka belum mampu untuk menabung. Kepala Perwakilan BI Kalteng Wuryanto menyampaikan hal itu di Palangka Raya, Kamis (8/3/2018).
"Perlu ada terobosan dari pemerintah untuk mengatasinya masalah ini,"ujar dia.
Advertisement
Baca Juga
Salah satu yang harus dilakukan yaitu perekonomian harus menyasar kepada kalangan bawah dan program yang dilakukan haruslah yang membumi. BI menilai selama ini ekonomi Kalteng sangat bergantung pada sumber daya alam antara lain batu bara, kelapa sawit dan kayu.
"Ini artinya ekonomi kita bergantung pada negara pengimpor seperti China dan India,"kata dia.
Untuk diketahui, indeks NTP Kalteng baru mencapai 99,26 persen pada periode Febuari 2018. Idealnya petani baru bisa dikatakan sejahtera apabila NTP mereka di atas 100 persen. Di atas angka itu, artinya petani sudah bisa menabung dan bisa dikatakan makmur. Namun, kenyataannya saat ini banyak petani yang terjerat oleh para pengijon (rentenir) hingga petani sulit untuk berkembang.
Â
Dua Usulan
Wuryanto menuturkan, ada dua cara yang bisa dilakukan Pemprov Kalteng untuk meningkatkan NTP yaitu yang sifatnya vertikal dan horizontal.
"Yang vertikal contohnya yakni dengan melakukan industrialisasi seperti pengolahan crude palm oil (CPO) menjadi minyak goreng kelapa sawit," kata dia.
Kemudian yang horizontal salah satunya yakni menggalakkan industri pariwisata di Kalteng.
"Industri ini mempunyai dampak ikutan yang sangat luas bagi peningkatan ekonomi masyarakat," kata dia.
Sementara itu, Setian menambahkan, Deputi Kepala Perwakilan BI Kalteng, kredit perbankan Kalteng berdasarkan lokasi proyek pada Januari 1018 masih didominasi oleh kredit pertanian yang mencapai Rp 23,47 triliun (49,48 persen) dan kredit perdagangan yang mencapai Rp 5,87 triliun (12,38 persen).
Namun demikian, menurut dia, pada sebagian besar kredit perbankan di sektor utama turun pada Januari 2018."Penurunan ini terjadi pada komponen perbankan sektor konstruksi yang minus hingga mencapai 10,25 persen," ujar dia.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Â
Advertisement