Sukses

Pengusaha Furnitur Buka Pintu Investor China Tanam Modal di RI

Indonesia ajak investor China untuk bisnis furnitur di Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) membuka pintu bagi investor dari China untuk masuk ke Tanah Air, khususnya di sektor industri furnitur dan kerajinan. Akan tetapi tentunya harus punya peran pelaku lokal juga harus punya peran dan mendapatkan keuntungan.

“Saya sampaikan, bahwa China boleh masuk ke sini, tapi kegiatannya hanya dari segi bisnis dan finishing. Sementara dari mulai kerangka sampai anyam, itu dilakukan orang kita,” kata Ketua Umum HIMKI, Soenoto di sela-sela acara Indonesia Internasional Furniture Expo (IFEX) 2018 di Jakarta, Jumat (9/3/2018).

Demi memuluskan langkah tersebut, Soenoto menyarankan untuk membentuk kerja sama dagang antara Indonesia-China dalam sektor furnitur dan produk kerajinan. Pelaku industri lokal, sebutnya, dapat memainkan peran sebagai pengolah awal, sementara Tiongkok memproses tahapan akhir hingga melakukan ekspor.

"Jadi bagi-bagi kerjaan, bagi-bagi rezeki. Tapi benefit Rp 5-6 miliar, itu tetap menjadi hak milik kita,” ujar dia.

Menurut Soenoto, Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita memuji strategi tersebut sebagai terobosan inovatif. Selanjutnya, HIMKI akan menghubungi kementerian lainnya untuk diajak bekerja sama. Sebagai informasi tambahan, perkumpulan pengusaha furnitur dan kerajinan itu sendiri saat ini baru berkoordinasi dengan dua kementerian.

“Karena analoginya tadi, kita baru dibantu dua kementerian dan bisa tumbuh 14 persen. Jadi artinya satu kementerian itu 7 persen. Kalau dibantu 30 kementerian lain, bisa meningkat 210 persen (untuk industri furnitur),” pungkas dia.

2 dari 2 halaman

Indonesia Siap Penuhi Kebutuhan Furnitur Sri Lanka

Kerja sama Indonesia dan Sri Lanka terus berkembang. Kini, Indonesia siap memenuhi kebutuhan furnitur ke Sri Lanka.

Kerja sama di bidang furnitur ini untuk memenuhi kebutuhan pengembangan industri pariwisata di Sri Lanka. Sri Lanka memang tengah meningkatkan potensi pariwisata di negara mereka.

"Pariwisata mengembangkan pariwisata berarti membangun hotel, memerlukan furnitur, memerlukan macam macam, nah itu kita sampaikan bahwa kita juga siap menjadi partner," kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi di Istana Kepresidenan, Jakarta,seperti ditulis Kamis (9/3/2017).

Selain itu, kerja sama bidang perikanan juga menjadi fokus utama kedua negara. Penegakan IUU Fishing akan terus dilakukan dengan meningkatkan kerja sama kapasitas, informasi, dan manajemen. Kerja sama itu belum termasuk peningkatan kerja sama industri tradisional.

"Sehingga di dalam satu bahasa yng bulat, kita mengatakan bahwa indonesia siap untuk menjadi mitra bagi pembangunan ekonomi Sri Lanka," ujar Retno.

Sebelumnya berdasarkan data Kementerian Perdagangan, total pengapalan Indonesia dengan Sri Lanka senilai US$ 306,53 juta pada 2016. Indonesia juga masih mencatatkan surplus neraca perdagangan senilai US$ 217,95 juta.

Akan tetapi, total perdagangan menurun 19,92 persen dibandingkan tahun sebelumnya sebesar US$ 382,77 juta. Angka surplus itu juga turun 27,41 persen pada 2015 yang mencatatkan nominal US$ 300,2 juta.