Liputan6.com, Jakarta - Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018, pemerintah mematok nilai tukar rupiah di angka 13.400 per dolar AS, sedangkan untuk harga minyak dunia di level US$ 48 per barel. Namun, sepertinya patokan indikator makroekonomi tersebut meleset.
Menteri Keuangan RI Sri Mulyani memperkirakan hingga akhir tahun nilai tujar tukar rupiah terhadap dolar AS dan harga minyak dunia akan berada di atas dari patokan yang telah ditetapkan dalam APBN 2018.
Advertisement
Baca Juga
"Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS kami perkirakan akan ada sedikit melemah di angka 13.500 hingga akhir tahun dan untuk harga minyak mentah kami perkirakan di kisaran US$ 55-60 per barel," kata Menteri Keuangan RI Sri Mulyani di kantornya, Senin (12/3/2018).
Dengan pelemahan rupiah dan penigkatan harga minyak dunia ini, Menkeu menjelaskan, sebenarnya memiliki dampak yang positif terhadap penerimaan pajak pemerintah. Namun di sisi lain, pemerintah harus tetap menjaga inflasi dan tingkat konsumsi masyarakat.
Untuk itu, perubahan asumsi makro untuk 2018 direncanakan akan diusulkan dalam APBN Perubahan dengan DPR RI beberapa waktu yang akan datang.
Â
Usulan Baru
Terkait kenaikan harga minyak dunia, Sri Mulyani memastikan akan menambah subsidi Solar dari saat ini Rp 500 per liter menjadi Rp 1.000 per liter. Keputusan ini akan diusulkan adalam APBN Perubahan dengan DPR RI nantinya.
Dijelaskannya, keputusan penambahan subsidi solar ini seiring dengan munculnya risiko kenaikan harga minyak dunia.
"Untuk sibsidi, kita pastikan akan ada kenaikan dari Rp 500 per liter menjadi Rp 1.000 per liter dengan volume 16,3 juta KL," ujarnya.
Dengan bertambahnya subsidi ini, maka beban APBN akan bertambah sekitar Rp 4,1 triliun. Meski begitu, tambahan alokasi subsidi ini tidak mempengaruhi target defisit APBN 2018 yang sebesar 2,19 persen.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Advertisement