Sukses

Harga Minyak Tergelincir Imbas Produksi AS Capai Rekor

Harga minyak dunia jatuh lebih dari satu persen.

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak dunia kembali tergelincir lebih dari 1 persen pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta. Penurunan harga tersebut dipicu kekhawatiran peningkatan produksi Amerika Serikat (AS) dan sentimen pemecatan Menteri Luar Negeri (Menlu), Rex Tillerson oleh Donald Trump.

Mengutip Reuters, Rabu (14/3/2018), harga minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) jatuh 1,06 persen atau 65 sen menjadi US$ 60,71 per barel.

Sedangkan kontrak berjangka minyak mentah Brent merosot 31 sen atau 0,5 persen menjadi US$ 64,64 per barel.

Pelaku pasar terpukul atas beberapa faktor, di antaranya produksi minyak mentah AS yang tercatat sudah mencapai rekor sepanjang sejarah.

Data mingguan yang dirilis pekan lalu menunjukkan output minyak mentah AS secara keseluruhan telah mencapai lebih dari 10,3 juta barel per hari.

Energy Information Administration (EIA) AS melaporkan produksi minyak serpih AS diperkirakan meningkat pada April menjadi 6,95 juta barel per hari atau rekor tertinggi.

"Tidak ada yang menghentikan kami dan tingkat kekhawatiran OPEC akan meningkat," kata Senior Market Strategist di RJO Futures, Philip Streible.

 

2 dari 2 halaman

Khawatir Stok Berlebih

Sementara itu, pemecatan Tillerson meningkatkan risiko kesepakatan pembatasan program nuklir Iran. Pelaku pasar bertanya tentang dampaknya terhadap output minyak mentah AS.

Direktur CIA, Mike Pompeo yang menggantikan Tillerson sebagai Menlu AS telah meminta kesepakatan nuklir Iran dibatalkan. Trump mengancam untuk menarik diri dari kesepakatan antara Iran dan enam negara, kecuali Kongres dan Eropa memperbaikinya dengan perjanjian tindak lanjut.

"Pasar khawatir ada dampak pada pasokan minyak di masa depan dari Iran dan negara Timur Tengah secara keseluruhan," kata Senior Manajer di Saxo Bank, Ole Hansen.

Kecemasan soal pasokan minyak mentah ini berpengaruh pada harga minyak berjangka. Untuk kontrak pengiriman Mei pada minyak Brent dan WTI telah melampaui April.

Ketika kontrak bulan depan diperdagangkan pada harga yang lebih rendah, maka menunjukkan kekhawatiran terkait peningkatan pasokan minyak mentah dan mengurangi permintaan.

"Situasi ini akan menyebankan persediaan meningkat," ujar Direktur Energi di Mizuho, Bob Yawger.