Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada perdagangan hari ini. Kepercayaan pelaku pasar terhadap dolar AS runtuh.
Mengutip Bloomberg, Rabu (14/3/2018), rupiah dibuka di angka 13.749 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 13.752 per dolar AS.
Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 13.723 per dolar AS hingga 13.749 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah melemah 1.34 persen.
Advertisement
Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 13.739 per dolar AS. Patokan pada hari ini menguat jika dibandingkan dengan patokan pada Selasa kemarin yang ada di angka 13.757 per dolar AS.
Baca Juga
Dolar AS mengalami tekanan di kawasan Asia terutama terhadap yen Jepang. Pelemahan dolar AS ini setelah Presiden AS Donald Trump memberhentikan secara mendadak Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson.
Pemecatan itu telah dikonfirmasi oleh Donald Trump pada Selasa waktu setempat melalui akun Twitter pribadinya. Lewat kicauan yang sama, Trump juga menyatakan bahwa Direktur Badan Intelijen AS (CIA) Mike Pompeo akan menggantikan Tillerson.
Pelemahan dolar AS ini melanjutkan yang telah terjadi pada pekan lalu setelah pengunduran diri penasihat ekonomi Gedung Putih Gary Cohn.
Kepercayaan pelaku pasar terhadap dolar AS runtuh. Ketidakpastian politik di AS ini membuat pelaku pasar ragu akan agenda pemulihan ekonomi di AS.
Kepala analis valuta asing Mizuho Securities, Tokyo, Jepang, Masafumi Yamamoto, mengatakan bahwa drama politik di Gedung Putih akan terus berlanjut dan menjadi berita sehari-hari.
Melemah 0,27 Persen Sepanjang Maret
Untuk diketahui, Bank Indonesia (BI) melaporkan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada Maret masih melanjutkan tren pelemahan. Tercatat hingga 14 Maret, rupiah melemah 0,27 persen.
Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Doddy Zulferdi mengatakan masih berlanjutnya tren pelemahan ini masih karena sentimen rencana kenaikan suku bunga Bank Sentral AS (The Fed) pada akhir bulan ini.
"Rupiah memang masih sedikit melemah, namun dibandingkan negara high yield country, pelemahan rupiah ini masih cukup minim dan lebih terjaga," kata Doddy di Gedung Bank Indonesia, Rabu (14/3/2018).
Dia menyebutkan, hanya Afrika Selatan yang pelamahan mata uangnya lebih rendah dari Indonesia yaitu hanya 0,17 persen. Sementara negara lainnya seperti Turki mata uangnya telah melemah 0,32 persen, Brazil 0,28 persen dan Rusia 0,49 persen.
Doddy meyakini, peluang rupiah untuk kembali menguat masih cukup besar. Hanya saja proses itu akan terjadi pasca FOMC meeting yang akan diselenggarakan pada 21 Maret 2018.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Advertisement