Liputan6.com, Jakarta - PT PLN (Persero) ingin masyarakat lebih banyak menggunakan listrik, seiring dengan semakin mudahnya mendapatkan listrik. Hal ini dapat meningkatkan konsumsi listrik per kapita.
Direktur Pengadaan Strategis PLN, Iwan Supangkat Santoso, mengatakan, konsumsi listrik per kapita mencerminkan kemajuan masyarakat. Oleh karena itu, PLN ingin konsumsi listrik masyarakatan lebih besar.
"Jadi konsumsi per kapita sebetulnya mencerminkan kemajuan masyarakat juga," kata Iwan, di Jakarta, Kamis (15/3/2018).
Advertisement
Iwan menuturkan, konsumsi listrik masyarakat yang besar bukan berarti boros. Akan tetapi, masyarakat lebih produktif menghasilkan sesuatu, seperti memiliki usaha di rumahnya. Dengan begitu, hal ini sekaligus dapat mendorong perekonomian.
Baca Juga
"Misalnya begini, ada rumah tangga konsumsi listrik lebh besar tapi harapannya konsumsi lebih besar itu bukan lebih boros. Misalnya dia produktif, punya usaha rumahan," tutur dia.
Iwan mengungkapkan, ketersediaan listrik akan menggantikan sumber energi lain yang harganya jauh lebih mahal. Dia mencontohkan usaha jasa cuci kiloan, dengan pasokan listrik yang terjamin dan lebih murah, akan meninggalkan Liqufied Petroleum Gas (LPG) sebagai bahan bakar.
"Tapi sekarang kalau dapat listrik gampang. Misalnya laundy kiloan bisa pakai listrik bisa gas. untuk mesin cuci dan setrika. Dengan listrik yang cukup pasti listrik lebih murah dari harga gas, mereka bisa meningkatkan konsumsinya," ujar dia.
Â
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Â
PLN Turunkan Pertumbuhan Konsumsi Listrik
Sebelumnya, PTÂ PLNÂ (Persero) menurunkan target pertumbuhan konsumsi listrik pada Rencana Usaha Penyedia Tenaga Listrik (RUPTL) 2018-2027. Hal ini dilakukan untuk menyesuaikan pertumbuhan ekonomi.
Direktur Perencanaan Korporat PLN, Syofvi Felienty Roekman, mengatakan, penetapan target pertumbuhan konsumsi listrik tersebut mengacu pada pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan pemerintah di atas 5 persen.
Sebelumnya, dalam RUPTL 2017-2026, pertumbuhan konsumsi listrik ditargetkan 8,3 persen. Jauh lebih tinggi dibandingkan target dalam RUPTL 2018-2027 6,86 persen.
"Karena pertumbuhan ekonomi‎. Iya, aktualnya," kata Syofvi, di Jakarta, Rabu 14 Maret 2018
Syofvi melanjutkan, PLN juga menghitung berdasarkan realisasi pertumbuhan konsumsi listrik pada 2017 sebesar 3,57 persen. Ini faktor lain untuk menetapkan target pertumbuhan konsumsi listrik.
‎"Memang pertumbuhan permintaan kita juga turun‎ 3,57 persen. Sedih ya," ujar Syofvi.
Syofvi mengungkapkan, realisasi pertumbuhan konsumsi listrik pada 2017 ‎masih terbilang rendah. Hal ini akibat masyarakat rumah tangga yang mengerem penggunaan listrik. Di sisi lain, konsumsi yang berasal dari konsumen industri masih relatif baik.
"Rumah tangga, kalian sudah pada berhemat semua begitu lho. Pada turun. Industrinya beberapa industri besarnya bagus. Karena apa, karena harganya bagus," ujar dia.
Advertisement