Sukses

Thailand Bakal Investasi Industri Petrokimia di RI

Menperin Airlangga Hartarto menuturkan, Siam Cement Group akan mendukung industri petrokimia dengan membangun fasilitas produksi nafta cracker senilai US$ 5,5 miliar.

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia berpotensi menjadi pusat pertumbuhan industri petrokimia. Bahkan pasar di Indonesia bisa lebih kompetitif di ASEAN, dengan  investasi makin meningkat dan ekspansi dari sejumlah produsen di dalam negeri. 

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan,‎ hal tersebut direalisasikan oleh perusahaan manufaktur besar Thailand, Siam Cement Group (SCG). Siam Cement berencana membangun fasilitas produksi nafta cracker senilai US$ 5,5 miliar atau setara Rp 75 triliun di Cilegon, Banten.

"Ini menunjukkan bahwa Indonesia masih menjadi negara tujuan investasi seiring upaya pemerintah yang terus menciptakan iklim usaha kondusif. Nilai investasi ini merupakan salah satu yang terbesar di Indonesia dan bagi SCG sendiri,” kata Airlangga, di Jakarta, Sabtu (17/3/2018).

Delegasi SCG telah bertemu dengan Presiden Joko Widodo di Istana Negara untuk melaporkan perkembangan investasi di sektor industri petrokimia tersebut. Menurut Airlangga, perkembangan proyek SCG, sudah pada tahap desain pabrik yang akan membutuhkan waktu 8-9 bulan dan ditargetkan bisa beroperasi pada 2021 atau 2022.

"Investasi SCG kali ini merupakan bentuk kerja sama dengan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. SCG selaku pemegang saham strategis di Chandra Asri, punya teknologi dan funding yang mumpuni. Apalagi, Chandra Asri juga akan ekspansi," ujar dia.

 

2 dari 2 halaman

Selanjutnya

Airlangga menyebutkan, pabrik petrokimia yang akan segera dibangun ini akan memiliki kapasitas produksi dua kali lipat dari pabrik yang sudah eksisting di Cilegon, yakni sekitar 1,2 juta ton per tahun.

Pabrik baru ini, selain menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan nilai tambah, hasil produksinya juga untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik dan ekspor. 

"Produksinya itu akan lengkap, mulai dari nafta cracker, ethylene dan propylene, hingga polyethylene dan polypropylene," tutur Airlangga. 

Kementerian Perindustrian mencatat, nafta cracker dari produksi industri nasional sebanyak 900 ribu ton per tahun, sementara permintaan dalam negeri mencapai 1,6 juta ton.

Sedangkan, Singapura sudah memproduksi 3,8 juta ton dan Thailand 5 juta ton per tahun. Untuk itu, pemerintah memberikan apresiasi terhadap investasi SCG tersebut dan akan berupaya memfasilitasi pemberian tax holiday. 

"Insentif pajak ini akan diberikan dengan pertimbangan nilai investasi yang cukup besar serta dapat menghemat devisa negara karena hasil produksinya untuk substitusi bahan baku impor," ujar dia.

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini: