Sukses

Ironis, Penyebab RI Masih Rajin Impor Garam Industri

Indonesia belum sanggup memproduksi garam industri dari produksi garam petani lokal. Kenapa?

Liputan6.com, Jakarta
 
 
Indonesia merupakan negara dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia. Sayangnya, Republik ini masih harus bergantung pada impor garam industri lantaran tak bisa dipenuhi dari produksi garam lokal karena adanya kebutuhan garam dengan kadar Natrium Clorida (NaCI) tinggi. 
 
"Sudah jelas tidak bisa. Garam lokal itu tidak bisa dipakai untuk garam industri," tegas Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution di kantornya, Jakarta, Minggu (18/3/2018). 
 
 
Dia mengaku, Indonesia belum sanggup memproduksi garam industri dari produksi garam petani lokal. Terkecuali jika ada investasi besar masuk di pengolahan garam. 
 
"Kita tidak bisa buat garam itu (industri) kalau yang rakyat ya. Kecuali ada investasi besar masuk, dia bikin teknologi modern, itu mungkin," ujarnya. 
 
Darmin menambahkan, sebetulnya sudah ada investor yang tertarik untuk menanamkan modal di industri pengolahan garam di Nusa Tenggara Timur (NTT). Namun investasi tersebut belum terealisasi, baru rencana. 
 
"Ada sebenarnya di NTT yag sedang diurusin. Belum jalan, baru rencana," ucapnya. 
 
Persoalan lain, kata Darmin bukan hanya pada sisi investasi. Akan tetapi menyangkut pula masalah lahan, karakteristik laut, dan sebagainya. 
 
"Tidak bisa kita bikin pabrik garam di Teluk Jakarta, karena lautnya sudah kotor. Laut Jawa itu sebenarnya kurang lebih sudah tercemar karena banyak sekali industri," paparnya. 
 
Daerah yang masih memungkinkan untuk dibangun pabrik pengolahan garam, ujar Darmin di Madura, Jawa Timur. Lagi-lagi, kendala ada di teknologi. 
 
"Di Madura mungkin masih bisa, tapi teknologinya harus pasang membran, jangan bercampur dengan lumpurnya dan itu butuh teknologi. Ada arus yang harus dibuat sedemikian rupa, sehingga NaCI-nya naik," tukas Darmin. 
Â