Sukses

Rekomendasi Impor Garam Keluar, Industri Bisa Bernapas Lega

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto memastikan operasional industri kembali normal setelah ada kepastian rekomendasi izin impor garam industri.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perindustrian (Menperin), Airlangga Hartarto memastikan operasional industri yang bergantung pada garam industri sebagai bahan baku telah kembali normal.

Hal tersebut menyusul adanya kepastian pasokan garam impor setelah diterbitkannya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 9 Tahun 2018 tentang Tata Cara Pengendalian Impor Komoditas Perikanan dan Komoditas Pergaraman Sebagai Bahan Baku dan Bahan Penolong Industri.

Dengan dikeluarkannya rekomendasi impor garam industri oleh Kementerian Perindustrian (Kemenperin), membuat industri pengguna garam bisa kembali beroperasi. Sebab, industri tersebut bisa kembali memenuhi stok bahan bakunya yang telah menipis.

"Ya, tapi itu kan sudah selesai. Iya (beroperasi normal)," ujar Airlangga di Kantor Kemenperin, Jakarta, Selasa (20/3/2018).

Menurut Airlangga, hingga saat ini, sudah ada beberapa industri yang telah mendapatkan rekomendasi impor garam. Sejak PP diterbitkan, Kemenperin telah mengeluarkan rekomendasi untuk 600 ribu ton garam industri.

"Ada beberapa (yang dapat rekomendasi). Dan kemarin kita sudah keluarkan lagi sekitar 600 ribuan ton," terangnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, lebih dari 21 perusahaan yang sudah berhenti produksi, mengurangi ribuan karyawan, bahkan berniat hengkang dari Indonesia akibat menipisnya stok garam industri. 

"Lebih dari 21 perusahaan kritis," ungkap Dirjen Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka (IKTA) Kemenperin, Achmad Sigit Dwiwahjono saat dihubungi Liputan6.com.

2 dari 2 halaman

Kekurangan Garam Industri

Achmad mengakui, puluhan perusahaan tersebut sudah berteriak karena stok garam industri kian menipis. Stoknya kini tinggal satu sampai dua minggu ke depan.

"Stoknya tinggal satu hingga dua minggu. Lima industri makanan minuman sudah berhenti produksi dan satu industri farmasi yang memproduksi cairan infus (juga setop produksi) karena tidak ada garam," jelasnya. 

Parahnya lagi, Achmad tidak menampik jika sudah ada rencana dari perusahaan yang memproduksi lensa kontak untuk kabur dari Indonesia ke negara lain. Perusahaan tersebut juga diakuinya sudah mengurangi sekitar 1.200 pegawai karena terimbas kempisnya stok garam industri di Tanah Air. 

"Ya (niat hengkang). Industri yang memproduksi lensa kontak yang mempunyai cabang di Singapura dan Malaysia. Bahkan sudah mengurangi tenaga kerjanya dari 3.000 orang menjadi 1.800 orang," terangnya. 

Oleh karena itu, Kemenperin berencana menerbitkan rekomendasi impor garam industri pada hari ini. Khususnya untuk industri makanan minuman dan farmasi, serta industri kertas.

"Ya (Senin ini) untuk industri kertas, farmasi, dan makanan minuman yang sudah kritis stok garam industrinya," kata Achmad.Â