Sukses

Ada Harga Batu Bara Khusus Kelistrikan, Ini Dampaknya ke Adaro

Manajemen PT Adaro Energy Tbk angkat bicara soal penerapan aturan harga batu bara khusus kelistrikan.

Liputan6.com, Jakarta - Manajemen PT Adaro Energy Tbk (ADRO) menilai, aturan penetapan batas harga batu bara untuk kewajiban pasar dometik atau domectic market obligation (DMO) tak berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan.

Garibaldi Thohir, atau Boy Thohir, CEO PT Adaro Energi Tbk menyampaikan hal itu saat ditemui di Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Wajib Pajak besar, Jakarta Selatan (20/3/2018).

 "Alhamdulillah untuk financial impact enggak terlalu besar, karena alhamdulillah kita efisien. Terus juga, kebetulan selama ini kami menghemat, jadi balancing kita cukup oke," ujar dia.

Adapun regulasi DMO batu bara termuat dalam Peraturan Menteri Energi Nomor 34 Tahun 2009. Harga khusus tercantum dalam keputusan itu, dengan batas atas mencapai USD  70 per ton.

Dia mengungkapkan, meskipun tidak ada dampak signifikan terhadap sektor keuangan, tapi DMO  berpengaruh terhadap saham perusahaan yang tergelincir. Saham ADRO turun 13,19 persen ke posisi Rp 2.040 per saham sepanjang Maret 2018.

Boy Thohir menyebutkan, Adaro Energy memberikan 23-25 persen hasil produksinya ke pasar lokal. Dia mengatakan, produksi batu bara Adaro per tahun sekitar 52-54 juta ton. Jika dihitung, Adaro akan menyumbangkan sekitar 10 juta ton untuk pasar domestik.

Meskipun demikian, ia menegaskan, pihaknya akan tetap mengikuti keputusan pemerintah yang menetapkan harga jual batu bara dalam negeri yang murah. Pihaknya berpikir positif dengan ada kepentingan besar yang dilakukan pemerintah lewat aturan itu.

"Kita memang sudah memenuhi DMO, bahkan lebih. Karena dulu kebijakannya cuma sekitar 20 persenan, sementara pemberian kita (untuk domestik) 23-25 persen. Kita lihat ada market di dalam negeri, ya kita supply," pungkas dia.

 

 

 

2 dari 2 halaman

Laba Adaro Tumbuh 44 Persen pada 2017

 Sebelumnya, PT Adaro Energy Tbk (ADRO) mencatatkan kinerja positif sepanjang 2017. Ini ditunjukkan dari pertumbuhan laba bersih dan pendapatan.

Mengutip laporan keuangan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (7/3/2018), PT Adaro Energy Tbk (ADRO) mencatatkan pertumbuhan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk naik 44,43 persen menjadi US$ 483,29 juta pada 2017. Perseroan meraup laba bersih sebesar US$ 334,62 juta pada 2016.

Pertumbuhan laba itu didukung dari pendapatan usaha naik 29,08 persen menjadi US$ 3,25 miliar pada 2017 dari periode sama tahun sebelumnya US$ 2,52 miliar.

Pendapatan usaha perseroan didorong kenaikan 34 persen pada harga jual rata-rata. Divisi pertambangan dan perdagangan batu bara Adaro Energy menyumbangkan 93 persen pendapatan usaha perusahaan seiring pengembangan yang berkelanjutan terhadap bisnis non batu bara.

Pada 2017, produksi batu bara perseroan mencapai 51,79 metrik ton (MT) yang berasal dari seluruh tambang operasional. Beban pokok pendapatan naik 15 persen menjadi US$ 2,11 miliar pada 2017 dari periode sama tahun sebelumnya US$ 1,83 miliar.

Hal itu didorong kenaikan biaya penambangan akibat kenaikan nisbah kupas, kenaikan harga bahan bakar minyak, serta kenaikan pembayaran royalti kepada pemerintah Indonesia.

Nisbah kupas tercatat sebesar 4,61 kali pada 2017 atau lebih rendah dari pada panduan yang ditetapkan sebesar 4,85 kali pada 2017 karena hujan lebat di operasi penambangan yang terjadi di sebagian besar tahun ini.

Laba bruto pun tumbuh 66,42 persen menjadi US$ 1,41 miliar pada 2017 dari periode sama tahun sebelumnya US$ 686,27 juta. Laba usaha naik menjadi US$ 951,82 juta pada 2017 dari periode 2016 sebesar US$ 587,61 juta.

PT Adaro Energy Tbk mencatatkan pertumbuhan aset 4,4 persen menjadi US$ 6,81 miliar pada 31 Desember 2017 dari periode 31 Desember 2016 sebesar US$ 6,52 miliar.

Total liabilitas berada di posisi US$ 2,72 miliar pada 31 Desember 2017.Perseroan membayar utang sebesar US$ 129 juta pada 2017 sehingga jumlah utang bank berkurang lima persen dibandingkan tahun lalu menjadi US$ 1,29 miliar.

Perseroan dijadwalkan membayar utang rata-rata untuk 2018-2020 sekitar US$ 238 juta per tahun yang dapat dipenuhi dengan baik oleh kas yang likuid dan arus kas yang kuat.

PT Adaro Energy Tbk juga membagikan dividen tunai sebesar US$ 101,1 juta atau sekitar 30 persen dari laba bersih 2016. Pembayaran dividen ini termasuk dividen interim sebesar US$ 60,8 juta yang dibayarkan pada Januari 2017 dari dividen tunai final sebesar US$ 40,3 juta yang dibayarkan pada Mei 2017. Dividen tunai interim untuk tahun buku 2017 sebesar US$ 100,1 juta telah dibayarkan pada Januari 2018.

Â