Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak naik keposisi tertinggi dalam tiga pekan pada perdagangan Selasa. Pendorong penguatan harga minyak ini adalah adanya ketegangan di Timur Tengah dan kemungkinan penurunan lanjutan produksi minyak mentah Venezuela.
Kedua sentimen tersebut mampu mengimbangi dampak dari pertumbuhan produksi minyak mentah AS yang terus naik dalam beberapa pekan terakhir.
Mengutip Reuters, Rabu (21/3/2018), harga minyak Brent berjangka untuk pengiriman Mei naik USD 1,37 atau 2,07 persen menjadi USD 67,42 per barel. Patokan harga minyak global ini sempat naik ke level USD 67,88 per barel pada sesi perdagangan selasa yang merupakan level tertinggi sejak akhir Februari.
Advertisement
Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) berjangka AS untuk pengiriman April naik USD 1,34 per barel atau naik 2,2 persen menjadi USD 63,40 per barel. WTI diperdagangkan antara USD 62,08 per barel hingga USD 63,81 per barel.
Baca Juga
Risiko geopolitik menjadi sentimen utama gerak harga minyak pada perdagangan Selasa. Arab saudi menyebutkan bahwa kesepakatan nuklir 2015 antara Iran dan beberapa negara lain anggota PBB merupakan kesepakatan yang cacat.
Pernyataan ini keluar menjelang pertemuan antara Putra Mahkota Mohammed bin Salman dan Presiden A.S. Donald Trump.
Untuk diketahui, Iran sepakat untuk pengurangan stok uranium yang merupakan bahan baku nuklir hingga 98 persen. Kepatuhan Iran akan ditukar dengan pencabutan sanksi dari negara-negara yang menandatangani kesepakatan tersebut.
Pakta itu memiliki mekanisme pengawasan rutin. Secara berkala, per-90 hari, para negara anggota PBB akan memberikan sertifikasi kepatuhan kepada Iran setelah melakukan peninjauan.
Kendati demikian, beberapa pihak menaruh kecurigaan kepada Iran -- salah satunya Amerika Serikat -- dan menuduh Teheran 'diam-diam' tetap mengembangkan senjata nuklir.
Trump mengancam untuk menarik dari kesepakatan antara Teheran dan PBB yang membuat peningkatan prospek sanksi baru yang dapat melukai industri minyak Iran.
"Ada harapan bahwa Trump dan Pangeran Mohammed akan mengambil langkah keras terhadap Iran dan itu membuat harga minyak naik," kata Phil Flynn, analis energi di Price Futures Group, Chicago, AS.
Â
Venezuela
Kekhawatiran mengenai penurunan produksi Venezuela juga mendorong kenaikan ahrga minyak. Produksi negara tersebut turun hampir setengah sejak 2005 menjadi di bawah 2 juta barel per hari karena adanya krisis ekonomi di negara tersebut. Penurunan produksi di negara tersebut menjadi pendorong kenaikan harga minyak.
The International Energy Agency mengatakan bahwa produksi Venezuela rentan sehingga kemungkinan bisa turuns secara drastis tiba-tiba.
Namun memang, kenaikan produksi dari Amerika Serikat Kanada dan Brazil menahan kenaikan harga minyak ke level yang lebih tinggi. Produksi minyak dari negara tersebut telah meningkat lebih dari seperlima sejak pertengahan 2016 menjadi 10,38 juta barel per hari.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Advertisement