Liputan6.com, Jakarta Satu lagi produk reksa dana akan meluncur di pasar. Kali ini, PT Narada Kapital Indonesia berencana mengeluarkan dua produk reksa dana saham baru pada tahun ini.Â
Produk reksa dana saham anyar ini dijadwalkan keluar pada kuartal kedua. Kemudian disusul dengan peluncuran reksa dana syariah dan reksa dana pendapatan tetap atau obligasi.Â
Baca Juga
Pada produk reksa dana barunya ini, Narada menargetkan return 20 persen. Namun, return itu dinilai tidak menutup kemungkinan bisa lebih tinggi. Karena di tahun lalu, reksa dana Narada memberi imbal hasil mencapai 35,4 persen.
Advertisement
"Dengan semakin banyak produk, Narada berharap investor bisa lebih leluasa memilih produk reksadana yang sesuai dengan kebutuhan dan karakter investasi masing-masing. Adapun untuk nama produknya masih disiapkan," jelas Vice President Marketing Communications PT Narada Kapital Indonesia Jalaludin Miftah dalam keterangannya, Rabu (21/3/2018). Â
Jika di awal Januari Asset Under Management (AUM) Narada masih berkisar Rp 232 miliar, di akhir Februari melonjak menjadi Rp 420 miliar.
Adapun strategi mengeluarkan produk reksa dana baru seiring dengan target kelolaan AUM baru yang mencapai Rp 2 triliun di akhir 2018, naik hingga 9 kali lipat dibandingkan 2017.
Adapun reksa dana saham perusahaan yang tahun lalu memberi imbal hasil 35,54 persen dan masuk kategori reksa dana saham terbaik. Perusahaan pun meraih dua penghargaan yaitu sebagai Reksa Dana Saham terbaik 2018 untuk periode 1 tahun dan 3 tahun dengan kelolaan aset Rp 100 miliar-Rp 500 miliar.
Agar target kelolaan AUM tercapai, perusahaan kian gencar edukasi masyarakat pentingnya berinvestasi saham dan reksa dana melalui berbagai event. Edukasi tak hanya dilakukan kepada investor ritel namun juga kepada investor institusi seperti dana pensiun, yayasan dan perusahaan. Â Dengan adanya produk baru, Narada berharap target bisa lebih cepat tercapai.
"Perusahaan bersyukur, program pemerintah menggiatkan investasi di pasar modal membuat minat masyarakat investasi di Reksa Dana semakin besar. Tak heran, hingga saat ini, investor ritel di Narada juga masih mendominasi," Jalaludin menambahkan.
Â
Tak Terpengaruh Tahun Politik
Jalaludin mengatakan, ke depan Narada akan fokus menggarap potensi investor ritel di kota-kota besar seperti Bandung, Medan, Surabaya dan kota-kota lain. Bahkan, jika di suatu daerah potensi investor cukup besar, Narada mempertimbangkan untuk membuka kantor cabang. Â
Investasi di pasar saham, masih prospektif karena berbagai indikator ekonomi menunjukkan tren positif. Misal dari sisi GDP, Indonesia tumbuh 5,2 persen, inflasi relatif terjaga di angka 3,5 persen, belum lagi harga-harga komoditas cenderung stabil.
Adapun meski masuk tahun politik, perusahaan yakin tidak akan terlalu berpengaruh karena kondisi politik akan lebih stabil.
Investor di Indonesia, kata Jalaludin, sudah pintar, tidak gampang terpengaruh, isu-isu global yang ektrim juga tidak ada. Apalagi horison investasi reksa dana menengah dan panjang. Sehingga tak ada alasan menunda investasi reksa dana di Narada.
Tim riset Narada selalu menganalisa dan mencermati faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan market baik regional maupun global. Komposisi portofolio saham blue chip berkisar 80 persen, sisanya saham-saham second liner.
Â
Advertisement