Liputan6.com, Washington - Bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve menaikkan suku bunga acuan 0,25 persen usai rapat pada 20-21 Maret 2018. Suku bunga acuan the Federal Reserve menjadi 1,5 persen-1,75 persen. Ini sesuai dengan prediksi pelaku pasar.
Hasil pertemuan tersebut juga menyoroti keyakinan tumbuh usai reformasi pajak di AS dan pengeluaran pemerintah akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi serta inflasi. The Federal Reserve diperkirakan menaikkan suku bunga sebanyak dua kali lagi pada 2018, dan akan lebuh agresif.
Hasil pertemuan the Federal Reserve di bawah pimpinan Jerome Powell menunjukkan, inflasi akan bergerak lebih tinggi usai target di bawah dua persen. Pertumbuhan ekonomi baru-baru ini mendapatkan momentum.
Advertisement
Baca Juga
The Federal Reserve juga menaikkan perkiraan tingkat netral untuk pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang. Pada tingkat level tersebut dengan tidak mempercepat atau menaikkan pertumbuhan ekonomi. Ini sinyal suku bunga akan naik secara bertahap.
"Prediksi ekonomi baru-baru ini menguat,” tulis pernyataan the Federal Reserve.
Powell menuturkan, pihaknya akan tetap berada di jalur untuk menaikkan suku bunga secara bertahap. Selain itu juga mewaspadai inflasi.
"Kami mencoba mengambil jalan tengah di sini,” ujar dia saat konferensi pers.
Adapun kenaikan suku bunga ini seperti yang diperkirakan pasar. Pada hasil poling Reuters 5-13 Maret 2018 menyebutkan 104 ekonom menyatakan bank sentral AS akan menaikkan suku bunga.
Bursa saham AS menguat usai pernyataan the Federal Reserve tersebut. Akan tetapi, bursa saham AS harus berakhir di zona merah. Sedangkan imbal hasil surat berharga AS kembali pulih. Indeks dolar AS pun tertekan terhadap sejumlah mata uang utama lainnya.
"Prediksi mengenai kenaikan suku bunga ke depannya lebih agresif. Sepertinya pada 2019, kita akan melihat kenaikan suku bunga lebuh cepat. Gubernur The Fed yang baru ini juga sepertinya lebih agresif,” ujar Matt Miskin, Market Stretegist John Hancock Investments, seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis (22/3/2018).
Kenaikan suku bunga dilakukan usai krisis keuangan pada 2007-2009. Pada tahun lalu, the Federal Reserve menaikkan suku bunga sebanyak tiga kali.
Kebijakan pemerintah dengan reformasi pajak, harga merosot dan tekanan upah mendorong sejumlah pejabat the Federal Reserve berspekulasi akan menarik lebih banyak tenaga kerja. Beberapa mengkhawatirkan inflasi bisa naik jauh di atas target the Federal Reserve.
"The Federal Reserve tampaknya mendapatkan kepercayaan,” ujar Brian Coulton, Ekonom Fitch Rating.
Selanjutnya
Dalam rapat the Federal Reserve juga diproyeksikan pertumbuhan ekonomi AS sebesar 2,7 persen pada 2018. Angka itu meningkat dari 2,5 persen pada pertemuan Desember 2017.
Inflasi ditargetkan 1,9 persen pada 2018. Target itu tidak berubah dari perkiraan sebelumnya. Tingkat pengangguran AS diperkirakan tetap 4,5 persen sedikit lebih rendah pada Desember.
Tingkat pengangguran AS mencapai 4,1 persen pada Januari 2018. Sementara itu, data penjualan ritel dan rumah cenderung melemah baru-baru ini. Dari gambaran ekonomi itu menunjukkan pertumbuhan ekonomi akan capai 2,3 persen.
Sebelum pertemuan, anali s juga terbagi mengenai langkah the Federal Reserve di tengah tekanan harga dan risiko luar yang membayangi ekonomi seperti kemungkinan perang dagang. Powell menyebutkan hal itu risiko baru tetapi dampaknya dominan terhadap prospek ekonomi.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini;
Advertisement