Sukses

Harga Pertalite Naik, Pertamina Tak Khawatir Pengguna Berpaling ke Premium

‎Pertamina mengklaim sudah berupaya untuk bertahan dengan harga saat ini agar tidak membebani masyarakat.

Liputan6.com, Jakarta PT Pertamina (Persero) menaikkan harga jenis Pertalite Rp 200 per liter. Hal ini membuat jarak antara harga bahan bakar minyak (BBM)‎ dengan kadar Research Octane Number (RON) 90 tersebut semakin jauh dengan Premium.

Vice Presiden Corporate Communication Pertamina Adiatma Sardjito mengatakan, Pertamina tidak khawatir bila kenaikan harga Pertalite membuat masyarakat beralih kembali menggunakan Premium.

"Tidak (kembali ke Premium), aman-aman saja," kata Adiatma, di Kantor Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), Jakarta, Senin (26/3/2018).

Menurut Adiatma, saat ini masyarakat sudah memahami standar kualitas bahan bakar yang dibutuhkan kendaraannya. Yakni kualitas yang baik di atas kadar RON 88. "Itu kan teman-teman pengguna sudah paham spesifikasi mesin," ‎ujarnya.

‎Pertamina dikatakan sudah berupaya untuk bertahan dengan harga saat ini agar tidak membebani masyarakat. Namun, harga bahan baku yang meningkat tajam, mengharuskan harga BBM naik di konsumen akhir.

“Ini pilihan berat, tapi kami tetap mempertimbangkan konsumen, dengan memberikan BBM berkualitas terbaik dengan harga terbaik di kelasnya," dia menambahkan.

Adiatma menambahkan, kenaikan harga BBM RON 90 tersebut, secara periodik dilakukan Pertamina sebagai badan usaha. Pihaknya juga mengapresiasi konsumen yang tetap memilih Pertalite sebagai bahan bakar bagi kendaraannya.

"Keputusan untuk menyesuaikan harga merupakan tindakan yang juga dilakukan oleh badan usaha sejenis. Namun, kami tetap berupaya memberikan harga terbaik bagi konsumen setia produk BBM Pertamina,” tutur dia.

Dikutip dari laman resmi Pertamina, harga jual Pertalite per 24 Maret 2018, di DKI Jakarta menjadi sebesar Rp 7.800 per liter.

Sementara itu, di provinsi lainnya berkisar Rp 7.800 sampai Rp 8.150 per liter. Seperti di Provinsi Riau, Pertalite dibanderol menjadi Rp 8.150 per liter, sedangkan harga Pertalite di provinsi Maluku dan Papua masing-masing menjadi Rp 8.000 per liter.

2 dari 2 halaman

Said Didu: Premium Langka karena Penjualannya Dibatasi

Sejumlah wilayah dilaporkan mengalami kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) jenis Premium. Kelangkaan tersebut terjadi setelah Pertamina memutuskan menaikkan harga Pertalite sebesar Rp 200 per liter.

Mantan Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Said Didu mengatakan, kelangkaan Premium yang terjadi saat ini karena Pertamina dibatasi dalam menjual BBM bersubsidi.

‎"Soal kelangkaan Premium. Pemerintah sekarang memberikan jumlah Premium yang harus disiapkan Pertamina. Kalau lebih dari itu ditangkap," ujar dia dalam diskusi bertema "Mencermati Manfaat Pembentukan Holding BUMN Migas" di Jakarta, Senin (26/3/2018).

Menurut dia, kelangkaan Premium ini salah satunya imbas dari kenaikan harga Pertalite. Sebab, saat harga BBM nonsubsidi naik, masyarakat akan kembali beralih ke Premium yang disubsidi pemerintah. Adapun, penjualan BBM RON 88 tersebut terbatas.

"Pada saat yang lain naik, pasti Premium langka, karena orang pindah ke Premium. Sedangkan jumlah Premium dibatasi‎. Pertalite naik karena bukan subsidi, itu kan tempat pelarian dari Pertamax ke Premium, ada antara, tapi tidak dikendalikan," kata dia.

Said menyatakan, dengan kelangkaan Premium ini, maka pemerintah harus segera mengambil langkah agar tidak terjadi kepanikan di masyarakat. Sebab selama ini, masyarakat sudah diarahkan untuk beralih ke Pertalite, tetapi harganya malah dinaikkan.

"Jadi dengan kelangkaan ini pemerintah harus hadir. Kalau memang dinyatakan langka, maka pemerintah menugaskan untuk tambah lagi Premium," tandas dia.

Tonton Video Pilihan Ini: