Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) melaporkan posisi investasi internasional mencatat net kewajiban yang meningkat. Ini didorong peningkatan posisi kewajiban finansial luar negeri (KFLN).
Pada akhir kuartal IV 2017, posisi investasi Indonesia mencatat net kewajiban USD 340,7 miliar. Angka tersebut 33,6 persen terhadap produk domestik bruto (PDB). Jumlah itu meningkat dari posisi net kewajiban pada akhir kuartal III 2017 sebesar USD 330,7 miliar atau 33,1 persen terhadap PDB.
Peningkatan net kewajiban PII Indonesia itu disebabkan oleh kenaikan posisi KFLN yang lebih besar dari peningkatan posisi aset financial luar negeri (AFLN).
Advertisement
Baca Juga
Posisi KFLN Indonesia meningkat seiring besarnya aliran masuk modal asing dalam bentuk investasi langsung dan portofolio yang didorong optimism terhadap prospek ekonomi domestik dan menariknya imbal hasil keuangan domestik.
Pada akhir kuartal IV 2017, posisi KFLN naik 2,1 persen atau sebesar USD 14 miliar menjadi USD 678,8 miliar. Peningkatan posisi KFLN juga dipengaruhi faktor perubahan lainnya seperti revaluasi positif atas nilai aset financial domestik sejalan dengan peningkatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Selanjutnya
Sementara itu, posisi AFLN Indonesia juga meningkat didorong transaksi perolehan AFLN yang sebagian besar dalam bentuk investasi portofolio dan cadangan devisa. Posisi AFLN pada akhir kuartal IV 2017 tercatat naik 1,2 persen atau sebesar USD 4 miliar menjadi USD 338,1 miliar.
Selain itu, kenaikan posisi AFLN pada periode laporan juga dipengaruhi faktor perubahan lainnya seperti revaluasi positif atas AFLN dalam denominasi non dolar AS sejalan dengan pelemahan dolar AS terhadap beberapa mata uang utama dunia.
BI memandang perkembangan PII Indonesia pada kuartal IV 2017 masih tetap sehat. Namun, BI tetap mewaspadai risiko net kewajiban PII terhadap perekonomian.
“Ke depan, BI meyakini kinerja PII Indonesia akan semakin baik sejalan dengan terjaganya stabilitas perekonomian dan pemulihan ekonomi Indonesia yang didukung konsistensi dan sinergi bauran kebijakan moneter, kebijakan fiskal dan reformasi struktural,” tulis BI.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Advertisement