Sukses

Harga Minyak Turun Usai Rilis Data Pasokan AS

Pasokan minyak Amerika Serikat (AS) naik 1,6 juta barel pada pekan lalu membebani harga minyak.

Liputan6.com, New York - Harga minyak turun satu persen usai data menunjukkan pasokan Amerika Serikat (AS) secara mengejutkan naik 1,6 juta barel pada pekan lalu. Hal itu jadi sentimen bebani pasar.

Harga minyak Brent turun 70 sen ke posisi USD 68,76 per barel. Sedangkan harga untuk kontrak Mei melemah 58 sen atau 0,8 persen ke posisi USD 69,53 per barel. Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Mei merosot 87 sen atau 1,3 persen ke posisi USD 64,38 per barel.

Pasokan minyak AS meningkat 1,1 juta barel per hari. Hal itu berdasarkan data the US Energy Information Administration (EIA). Pasokan di Cushing, Oklahoma yang sebagai hub juga meningkat 1,8 juta barel. Sentimen tersebut menekan harga minyak.

“Pasokan minyak di Cushing, Oklahoma kembali terisi sehingga menekan harga. Akan tetapi mereka harus tempuh jalan panjang untuk mendekati pasokan normal,” ujar John Kilduff, Partner Hedge Fun Again Capital LLC, seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis (29/3/2018).

 

2 dari 2 halaman

Produksi Minyak di AS Meningkat

Pada pekan lalu, produksi minyak mentah AS juga naik tipis ke posisi tertinggi baru di 10,43 juta barel per hari. Produksi minyak AS telah meningkat hampir 25 persen dalam dua tahun terakhir menjadi lebih dari 10 juta barel per hari.

Ini mengalahkan eksportir utama Arab Saudi dan Rusia yang merupakan produsen terbesar yang produksi mencapai 11 juta barel per hari.

“Biaya menjadi semakin sedikit lebih murah di AS untuk pengeboran. Itu salah satu aspek mendorong penyebaran antara Brent dan WTI,” tutur Mark Watkins, Regional Investment Strategist US Bank Wealth Management.

Berdasarkan survei the Federal Reserve Bank of Dallas, harga rata-rata mengebor sumur baru di AS berkisar USD 47-USD 55 per barel. Hal itu bergantung dari wilayah tersebut.

Adapun harga Brent telah meningkat dalam tujuh dari sembilan bulan terakhir. Harga minyak tersebut naik lebih dari empat persen sepanjang 2018.

Sentimen lainnya pengaruhi pasar yaitu Arab Saudi menyatakan pihaknya akan bekerja dengan Rusia dalam jangka panjang untuk meneruskan kontrol atas pasokan minyak mentah dunia oleh eksportir utama selama bertahun-tahun.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini: