Liputan6.com, Jakarta Ekonom Universitas Indonesia (UI) sekaligus Mantan Menteri Keuangan (Menkeu) Chatib Basri optimis pertumbuhan ekonomi Indonesia akan lebih baik di 2018, yakni bisa mencapai 5,4 persen.
"Dapat lah kalau 5 persen dapat. Masa tidak dapat. Kenapa pesimis? Perkiraan saya itu sekitar, 5,2 persen sampai 5,4 persen tahun ini," ungkapnya ketika ditemui di The Energy Building, Jakarta, Kamis (29/3/2018).
Pertumbuhan ekonomi tahun ini, kata dia, akan didukung kenaikan harga komoditas, seperti batu bara dan minyak sawit mentah.
Advertisement
Baca Juga
"Ekonomi kita itu sangat tergantung pada komoditi. Coal price-nya bagus. CPO bagus. Lihat tuh penerimaan pajak naik gara-gara coal price tuh. Kalau coal price sama palm oil price naik, company-nya jalan, orang yang hidup di sekitar tambang mulai dapat uang, konsumsi mulai naik, investment mulai pick up,"Â tambah dia.
Melihat kondisi perekonomian yang kondusif, terutama harga komoditi yang tengah naik ini yang diyakini bisa mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini akan lebih tinggi dari tahun kemarin.
"Jadi mestinya tahun ini lebih baik dibandingkan tahun lalu. Makanya saya bilang kalau tahun lalu bisa 5,07 masa tahun ini kurang dari lima persen," imbuh dia.
Selain itu, kenaikan harga komoditas juga akan mendorong peningkatan konsumsi. Sebab, ada perbaikan pendapatan.
"Kalau income naik konsumsi naik. Begitu sekarang komoditi naik, yang pertama dia lakukan dia nggak bisa konsumsi, dia bayar utang dulu. Setelah bayar utang, dia bisa expand konsumsi," tutur Chatib.
Dia memprediksi bahwa perbaikan atau peningkatan konsumsi masyarakat akan terjadi pada pertengahan tahun ini.
"Saya expect kalau dilakukan tahun lalu, pertengahan tahun ini konsumsi mulai pick up," tandas dia.
Reporter:Â Wilfridus Setu Embu
Sumber:Â Merdeka.com
3 Momentum yang Mampu Bikin Ekonomi RI Melesat
Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo membeberkan tiga momentum yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi lebih baik di tahun ini. Salah satunya perkembangan ekonomi dunia yang tumbuh positif.
"Perkembangan ekonomi dunia selama 5 tahun terakhir seperti sekarang dimana pertumbuhan ekonomi 3,7 persen dari sebelumnya 3,2 persen," ungkapnya di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Rabu (28/3/2018).
Momentum kedua yang bakal mendukung perkembangan perekonomian Indonesia stabilitas makroekonomi dan sistem ekonomi yang sedang baik.
"Inflasi terjaga 3 tahun rendah di kisaran 3 persen. Transaksi berjalan di kisaran 1 persen dari PDB. Kondisi fiskal 20 tahun kita kalau defisit tidak pernah melebihi dari 2,6 persen dari GDP," kata dia.
Tak hanya itu, momentum ketiga adalah berbagai pengakuan akan iklim investasi dan perbaikan daya saing Indonesia dari berbagai lembaga pemeringkat dunia turut mendukung upaya mendorong ekonomi tumbuh lebih baik.
"Saya ini 25 tahun bankir. Dan saya tahu kalau sekarang kamu ambil kesempatan, kami tidak akan ketinggalan kereta. Kalau kamu wait and see terus kamu akan ketinggalan," tegasnya.
Meskipun demikian, Agus memandang perbaikan di berbagai sektor masih diperlukan, seperti infrastruktur, peningkatan SDM, kelembagaan, dan mendorong inovasi baru.
"Sumber pembiayaan kita masih terbatas sekali. Dari dana pensiun, asuransi, itu belum berkembang. Itu harus kita kembangkan dengan pendalaman pasar keuangan," ujar dia.
Perbaikan kinerja ekspor juga harus dilakukan. Mantan Menteri Keuangan ini mengharapkan Indonesia tidak hanya bergantung pada ekspor barang mentah saja.
"Kita jangan terus mengandalkan pada ekspor barang mentah. Masa dari zaman Belanda kita masih ekpor barang mentah saja. Kita mesti memproduksi sesuatu yang bisa masuk dalam global value chain," imbuhnya.
"Kita perlu Indonesia yang tidak cengeng. Tapi yang mau investasi dan mau bekerja ke depan," tandas Agus.
Â
Advertisement