Liputan6.com, Jakarta Negosiasi harga hak partisipasi Rio Tinto sebesar 40 persen yang akan dikonversi menjadi saham PT Freeport Indonesia bisa diselesaikan April 2018. Langkah ini merupakan bagian dari proses pelepasan saham (Divestasi) Freeport menjadi 51 persen ke pihak nasional.
Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis, dan Media Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Fajar Harry Sampurno mengatakan, ‎tim negosiasi akan melaporkan perkembangan negosiasi harga 40 persen hak partisipasi Rio Tinto dalam mengelola tambang Grasberg Papua kepada menteri terkait.
Menteri tersebut, yakni Menteri BUMN Rini Soemarno, Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan.
Advertisement
‎"Teman-teman di tim yang melaporkan bu menteri pulang hari Jumat akan dilaporin, Bu Rini. Kan ada tiga menteri Bu Rini, Sri dan Pak Jonan," kata Fajar, di Kantor Kementerian Koordinator Kemaritiman, Jakarta, Senin (2/3/2018).
‎Menurut Fajar, harga yang sedang dinegosiasikan juga akan dilaporkan kepada para menteri terkait. Namun dia belum bisa menyebutkan nilainya. Sementara terkait target penyelesaian negosiasi, sesuai dengan harapan awal yaitu April 2018. "Belum, nanti dilaporin (angkanya).‎ Insya Allah (April( selesai," tutur Fajar.
‎Fajar melanjutkan, jika sudah ada kesepakatan harga hak partisipasi Rio Tinto, maka holding BUMN pertambangan selaku pihak yang akan mengambil alih 51 persen saham Freeport akan mengeluarkan dana.
Namun jika dana yang dimiliki tidak cukup, Holding BUMN Pertambangan yang dipimpin PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum) akan mencari dana melalui penerbitan obligasi.
"Iya kalau sudah disetujui bisa langsung. Dari konsorsium. Tergantung angkanya. Kalau angkanya kurang nanti bisa dari obligasi," uncapnya.
Fajar menambahkan, setelah menyelesaikan negosiasi hak partisipasi Rio Tinto 40 persen, tim negosiasi akan melanjutkan proses kepemilikan‎ sampai genam menjadi 51 persen.
"Kan ada selisih tinggal sedikit, jangan sampai ketinggalan jadi 51 nya harus beres," ‎tandasnya.
Kerja sama Freeport McMoran dengan Rio Tinto ‎dimulai 1995 untuk mengelola tambang Grasberg di Papua.Rio Tinto memiliki hak 40 persen atas hasil produksi yang telah mencapai level tertentu. Namun setelah 2021, Rio Tinto mendapat bagian 40 persen atas produksi tambang Grasberg.
Begini Kondisi Produksi Tambang Freeport Jelang Habis Masa Kontrak
Menjelang habis kontrak PT Freeport Indonesia pada 2021, produksi tambang tembaga di Papua akan fluktuasi. Perusahaan tambang asal Amerika Serikat tersebut akan menggenjot produksi pada 2018.
Direktur Utama PT Indonesia Asahan Alumunium Budi Gunadi Sadikin mengatakan, PT Freeport Indonesia akan memaksimalkan pengerukan bahan baku tembaga di tambang terbuka Grasberg pada 2018. Dengan kegiatan produksi yang dimaksimalkan tersebut akan berdampak terhadap pendapatan perusahaan.
"Jadi 2018 untung dan revenue akan besar," kata dia dalam sebuah diskusi pertambangan, di Jakarta, Rabu (21/3/2018).
Baca Juga
Budi melanjutkan, produksi Freeport Indonesia bakal menurun pada 2019 seiring kandungan bijih tembaga yang habis di Grasberg. Di sisi lain, kegiatan produksi tambang bawah tanah belum dimulai.
"Tapi 2019 habis yang open pit-nya. Sedangkan yang underground baru akan mulai," ‎ujar dia.
‎Budi menilai, produksi tambang tembaga di Papua tersebut akan kembali merangkak naik mulai 2020, setelah tambang bawah tanah mulai berproduksi. Diperkirakan, produksi normal terjadi pada 2022.Â
"Baru nanti yang underground-nya akan full recover 2022. Secara gradual naik pada 2020, 2021 dan akan sama lagi,‎" ujar dia.
Â
Â
Advertisement