Liputan6.com, New York - Minyak naik mentah dunia naik didukung pemulihan pasar ekuitas. Pemicu lainnya adalah kenaikan teknis terjadi setelah harga minyak mencatat persentase penurunan harian terbesar dalam hampir satu tahun, meski Brent berjangka tetap di bawah USD 70 per barel.
Melansir laman Reuters, harga minyak mentah berjangka Brent naik 48 sen, atau 0,7 persen, menjadi USD 68,12 per barel. Ini menyusul penurunan harga Brent hampir sebesar 4 persen pada hari Senin, terbesar sejak Juni.
Baca Juga
Harga minyak Brent telah meningkat menjadi USD 71 per barel pekan lalu, mendekati posisi tertinggi tahun ini. Sementara harga minyak West Texas Intermediate naik 50 sen, atau 0,8 persen, ke posisi USDÂ 63,51 per barel.
Advertisement
"Tidak benar-benar ada satu katalis menjadi pendorong harga minyak mentah hari ini," kata John Macaluso, Analis Tyche Capital Advisors.
Dia mengatakan, kenaikan harga sebagian merupakan hasil dari rebound secara teknis kerugian yang terjadi di pasar pada Senin, serta pemulihan di pasar ekuitas.
Memang tercatat, indeks utama Wall Street menguat dipicu saham teknologi dan konsumen yang pulih dari aksi jual tajam.
Â
Penyebab Lain
Harga minyak kali ini, juga didukung komentar Menteri Energi Rusia Alexander Novak yang mengatakan jika OPEC dan negara-negara non-OPEC dapat membuat kesepakatan baru terkait pembatasan produksi minyak berakhir pada akhir tahun ini.
Namun, peningkatan yang diharapkan dalam persediaan minyak mentah AS membatasi kenaikan harga.
American Petroleum Institute merilis data inventaris mingguannya pada hari Selasa dan pemerintah AS merilis angka pada hari Rabu.
Hal yang sempat membebani pasar minyak adalah spekulatif panjang, setelah manajer keuangan menaikkan taruhan mereka pada minyak mentah yang bullish, pekan lalu.
"Dengan posisi hedge fund yang berlebihan masih menjulang di pasar, aksi ambil untung harus membebani harga minyak selama beberapa minggu mendatang," kata Julius Baer Kepala Komoditas dan Penelitian Makro Norbert Ruecker.
Advertisement