Sukses

Jokowi: Saya Tidak Percaya Robot Bakal Gantikan Manusia

Riset Mckinsey Global Institute mengatakan dampak dari revolusi industri 4.0 akan 3.000 kali lebih dahsyat dari revolusi industri pertama di abad 19.

Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan masuknya era revolusi industri ke-4 atau Industry 4.0 harus dilihat sebagai peluang, bukan ancaman. Hal tersebut menyusul adanya laporan dari lembaga riset dunia, McKinsey Global Institute.

Menurut Jokowi, revolusi industri 4.0 justru akan melahirkan jauh lebih banyak lapangan kerja baru daripada jumlah lapangan kerja yang hilang.

Sebab, pemerintah telah mencanangkan adanya 10 juta pembukaan lapangan baru di 2030, seiring dengan masuknya Indonesia dalam era revolusi industri 4.0 tersebut.

"Saya percaya bahwa revolusi industri 4.0 akan melahirkan jauh lebih banyak lapangan kerja baru daripada jumlah lapangan kerja yang tadi disampaikan oleh McKinsey akan hilang. Artinya apa? Apakah revolusi industri ini sebuah peluang besar? Jawaban saya, iya.‎ Kalau kita mempersiapkan, merencanakan, dan bisa mengantisipasi ini. Apakan revolusi 4.0 ini sebuah ancaman? Menurut saya jawabannya, iya dan tidak. Bisa iya bisa tidak, tergantung kita," dia Jokowi di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Rabu (4/4/2018).

Dia menjelaskan, pada 2015 riset Mckinsey Global Institute mengatakan dampak dari revolusi industri 4.0 akan 3.000 kali lebih dahsyat dari revolusi industri pertama di abad 19.

"Bayangkan, dampaknya akan 3.000 kali lebih dahsyat dari revolusi industri pertama di abad ke-19. McKinsey mengatakan kecepatan perubahannya akan 10 kali lebih cepat dan dampaknya akan 300 kali lebih luas. bayangkan ini. jadi 10 dikali 300 artinya 3.000 kali lipat dampaknya. Saya percaya itu," jelas Jokowi. 

Kemudian, lanjut dia, dua tahun kemudian, McKinsey Global Institute juga mengeluarkan analisa lanjutan.

Dalam riset tersebut, McKinsey memprediksi memprediksi bahwa revolusi industri 4.0 akan menghilangkan 800 juta lapangan kerja di seluruh dunia mulai dari sekarang hingga 2030.

"Artinya apa? Ya maksudnya McKinsey 800 juta pekerja di seluruh dunia akan kehilangan pekerjaannya karena diambil alih oleh robot dan mesin dalam 12 tahun ke depan. Nah kalau yang ini saya enggak percaya, nggak percaya. Kalau yang pesimis saya enggak percaya atau paling enggak rada enggak percaya," kata dia.

 Tonton Video Ini:

2 dari 2 halaman

Kemenperin Luncurkan Peta Jalan Making Indonesia 4.0

 Indonesia berkomitmen membangun industri manufaktur yang berdaya saing global melalui percepatan implementasi Industri 4.0. Hal ini ditandai dengan peluncuran Making Indonesia 4.0 sebagai sebuah peta jalan dan strategi Indonesia memasuki era digital yang tengah berjalan saat ini.

Peluncuran tersebut dihadiri langsung oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan sejumlah menteri kabinet kerja serta para pelaku usaha di sektor industri.

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menjelaskan, Making Indonesia 4.0 memberikan arah yang jelas bagi pergerakan industri nasional di masa depan, termasuk fokus pada pengembangan lima sektor manufaktur yang akan menjadi percontohan serta menjalankan 10 inisiatif nasional dalam upaya memperkuat struktur perindustrian Indonesia.

"Penyusunan peta jalan ini telah melibatkan berbagai pemangku kepentingan, mulai dari institusi pemerintah, asosiasi industri, pelaku usaha, penyedia teknologi, maupun lembaga riset dan pendidikan,” ujar dia di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Rabu (4/4/2018).

Airlangga pun meyakini, melalui komitmen serta partisipasi aktif dari seluruh pihak tersebut, implementasi Industri 4.0 di Indonesia akan berjalan sukses dan sesuai sasaran.

"Implementasi Making Indonesia 4.0 yang sukses akan mampu mendorong pertumbuhan PDB riil sebesar 1 persen-2 persen per tahun, sehingga pertumbuhan PDB per tahun akan naik dari baseline sebesar 5 persen menjadi 6-7 persen pada periode 2018-2030. Dari capaian tersebut, industri manufaktur akan berkontribusi sebesar 21 persen-26 persen terhadap PDB pada 2030," kata dia. 

Selanjutnya, pertumbuhan PDB bakal digerakkan oleh kenaikan signifikan pada ekspor netto. Indonesia diperkirakan mencapai 5 persen-10 persen rasio ekspor netto terhadap PDB pada 2030. 

Selain kenaikan produktivitas, Making Indonesia 4.0 menjanjikan pembukaan lapangan pekerjaan sebanyak 7 juta-19 juta orang, baik di sektor manufaktur maupun non-manufaktur pada 2030 sebagai akibat dari permintaan ekspor yang lebih besar.

"Dalam mencapai target tersebut, industri nasional perlu banyak pembenahan terutama dalam aspek penguasaan teknologi yang menjadi kunci penentu daya saingnya,” tutur dia.