Liputan6.com, Jakarta - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyatakan AS tidak perang dagang dengan China. Apalagi mengingat rekam jejak kedua negara tersebut merupakan pemain utama dalam pasar ekonomi dunia saat ini.
"Kami tidak perang dagang dengan China. Perang tersebut disebabkan oleh orang-orang tak pintar, tidak kompeten, orang-orang yang dipandang mewakili AS pada beberapa tahun lamanya. Perdagangan AS alami defisit USD 500 miliar per tahun dengan pencurian kekayaan intelektual USD 300 miliar. Kami tak bisa membiarkan ini terus berlanjut," tulis dia di akun media sosial twitter @realDonaldTrump. Demikian yang dikutip dari Channel News Asia, Kamis (5/4/2018).
Advertisement
Baca Juga
Pernyataan Donald Trump tersebut muncul setelah China mengumumkan akan menerapkan tarif terhadap barang dari AS senilai USD 50 miliar atau Rp 686 triliun (asumsi kurs Rp 13,724 per dolar AS). Hal tersebut termasuk kedelai, mobil, dan pesawat, sebagai bentuk pembalasan negeri tirai bambu tersebut ke AS.
Aksi balas antara AS dan China terkait tarif impor barang sempat membuat wall street melemah pada awal perdagangan saham Rabu waktu setempat. Indeks saham Dow Jones sempat turun 1,9 persen ke posisi 23.586,29. Indeks saham S&P 500 melemah 1,3 persen ke posisi 2.579. Indeks saham Nasdaq tergelincir 1,4 persen ke posisi 6.844,34.
Pada penutupan perdagangan saham Rabu (Kamis pagi WIB), indeks saham Dow Jones menguat 230,66 poin atau 0,96 persen ke posisi 24.264,02. Indeks saham S&P 500 mendaki 30,23 poin atau 1,16 persen ke posisi 2.644,68. Indeks saham Nasdaq menanjak 100,83 poin atau 1,45 persen ke posisi 7.042,11.
Saham Boeing Merosot
Selain itu, saham Boeing merosot 5,5 persen pada awal perdagangan, Deere & Co juga turun 5,6 persen. Perusahaan eksportir kedelai Archer Daniels Midland turun 1,2 persen di mana disusul merosot oleh Bunge Ltd sebesar 1 persen.
Universal Display dan Apple Inc juga merosot pada posisi 3,7 persen dan 1,6 persen. Sedangkan sektor saham teknologi naik 1,4 persen. Para investor di perusahaan teknologi heran terkait hal tersebut mengingat sektor teknologi dipandang menyumbang pendapatan terbesar ke China.
Harga saham General Motor turun 1,8 persen dan Ford Motor yang mengekor turun sebanyak 2 persen. "Keprihatinan perang dagang tampaknya tetap menjadi tema dominan di perdagangan pasar saat ini," tutur Analis Forex, Fawad Razaqzada.
Perang dagang yang terjadi antara China dan AS diperkirakan memukul perekonomian dunia, tak terkecuali mereka (negara) yang dibebaskan dari pemberlakuan tarif oleh Pemerintahan Presiden Donald Trump.
"Tarif dagang yang diusulkan oleh AS pada produk barang dan jasa impor China akan memiliki dampak yang signifikan pada pasar negara-negara berkembang terutama di Asia Timur, melalui rantai pasokan," ungkap dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Advertisement