Liputan6.com, Jakarta - Arab Saudi berencana untuk menaikan harga minyak mentah mereka ke angka USD 80 per barel. Tentu saja rencana tersebut akan berdampak kepada harga minyak mentah dunia. Pemerintah saat ini tengah menyiapkan stategi khusus sebagai antisipasi karena kenaikan harga minyak dunia akan berdampak kepada kepada daya beli masyarakat.
Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar mengatakan, selama ini harga minyak dunia terus terombang-ambing sehingga sulit untuk diprediksi. Oleh karena itu, pemerintah menyiapkan stategi antisipasi dengan mempelajari riwayat kenaikan harga minyak serta efek yang ditimbulkan.
Advertisement
Baca Juga
"Tugas kami adalah bagaimana caranya mengantisipasi kenaikan atau penurunan harga ini sehingga bisa tidak banyak berdampak. Bagaimana caranya, ini lah yang sedang kita pelajari," ungkapnya kepada awak media di Hotel JS Luwansa, Jakarta, Kamis (12/4/2018).
"Yang jelas, salah satu yang diinstruksikan pak Presiden (Joko Widodo) pertama adalah menyangkut ketersediaan BBM (Bahan Bakar Minyak) jenis Premium bahwa itu harus terlaksana di NKRI," tambah dia.
Â
Euro 4
Menanggapi mengenai kontra-produktivitas ketersediaan bahan bakar minyak, di mana BBM harus ikut gunakan standar emisi Euro 4 pada September 2018 mendatang, ia menyambut baik saran dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
"Untuk standar Euro 4 itu kan berdasarkan apa yang disarankan oleh KLHK, kita sambut baik saran ini. Tapi itu kan hanya di beberapa kota pelaksanaannya, dan ini tidak menggerus karena harganya juga harga market," jelas dia.
Dia menambahkan, dengan menyentuh harga pasar, maka standar Euro 4 itu tidak ada kaitannya dengan subsidi dan tidak menjadi masalah.
"Dari sisi itu kita sebenarnya tidak masalah. Maka ini adalah kebijakan kita agar daya beli masyarakat ekonomi tetap jalan, serta di sisi lain inflasi juga bisa terjaga," tandas Arcandra.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Advertisement