Liputan6.com, Jakarta - Harga sayuran dan bahan dapur di pasar tradisional dalam seminggu ini terpantau tidak terlalu banyak berubah. Dengan sedikit catatan, beberapa komoditas seperti cabai rawit merah harganya sempat terombang-ambing.
Uus (50), seorang pedagang di Pasar Kebayoran Lama menyatakan, setelah cabai rawit merah sempat turun drastis harganya dari Rp 75 ribu per kg jadi Rp 35 ribu per kg, kini kembali sedikit menanjak.
"Ya sekarang biarpun masih enggak kayak dulu (harganya), sudah naik lagi Rp 40 ribu per kg," keluhnya saat berbincang dengan Liputan6.com di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta, Jumat (13/4/2018).
Advertisement
Baca Juga
Namun begitu, produk cabai lain di lapak dagangannya masih belum berubah secara harga. Seperti cabai merah keriting yang stabil pada angka Rp 35 ribu per kg, dan harga cabai rawit hijau dijual seharga Rp 35 ribu per kg.
Penurunan justru dialami produk bawang putih. Uus mengungkapkan, bawang putih bulat yang ia jual turun dari Rp 40 ribu per kg jadi Rp 35 ribu per kg, serta bawang putih cutting dari Rp 48 ribu per kg jadi Rp 45 ribu kg.
Berbanding terbalik, lonjakan harga menimpa bawang merah dan bawang bombay.
"Bawang merah naik Rp 30 ribu per kg jadi Rp 32 ribu per kg. Bawang Bombay juga, Rp 16 ribu per kg jadi Rp 20 ribu per kg," tutur dia.
Lain cerita untuk komoditas sayuran lain seperti kentang dan tomat buah. Bila kentang harganya bergeser turun, tomat buah yang biasanya stabil kini mulai mengalami kenaikan harga.
"Kentang sekarang turun, dari Rp 13 ribu per kg jadi Rp 10 ribu per kg. Kalau harga tomat malah naik jadi Rp 12 ribu per kg, sebelumnya kan biasa Rp 10 ribu per kg," pungkas Uus.
DPR Duga Ada Permainan Kartel Bikin Harga Bawang Putih Mahal
Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Viva Yoga Mauladi menuding ada permainan kartel dibalik tingginya harga bawang putih di pasaran. Oleh karena itu, harga dapat dimainkan oleh kartel yang hanya mengejar keuntungan besar.
Dia menuturkan, saat ini harga bawang putih berada di atas Rp 35 ribu per kg. Padahal harga normal dari komoditas tersebut hanya Rp 25 ribu per kg.
"Potensi permainan kartel pasti ada," ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, pada 11 April 2018.Â
Dia menuturkan, selama ini pasar bawang putih menggunakan sistem pasar oligopoli. Hal tersebut yang membuat celah bagi sekelompok orang untuk memainkan harga dan pasokan bawang putih di pasaran.
"Ya itu pasar oligopoli, pasar oligopoli pasar yang dikendalikan beberapa orang dalam rangka mengendalikan harga dan pasokan potensi kartelisasi itu ada," kata dia.
Pemerintah seharusnya segera menangani praktik-praktik curang oleh pihak-pihak tertentu yang merugikan para pedagang "Kalau melihat sistem pasar seperti itu dan tugas dari pemerintah itu jangan sampai ada kartel itu bertentangan dengan UU," ujar dia.
Sebelumnya, belasan pedagang bawang putih yang tergabung dalam Perhimpunan Pedagang Bawang Putih mendatangi Komisi IV DPR RI. Kehadiran para pedagang tersebut untuk mengadu soal kelangkaan bawang putih sejak beberapa waktu belakangan ini.
Perwakilan pedagang bawang putih, Khairul mengatakan, saat ini para pedagang kesulitan mendapatkan stok bawang putih di pasaran. Jika pun ada, jumlahnya sangat sedikit dan mahal.
"Ini sangat memberatkan para pedagang ," kata Khairul.
Oleh sebab itu, dia meminta pemerintah mengendalikan penjualan bawang putih yang saat ini stok bawang putih dikendalikan oleh para importir.
"Bawang yang beredar saat ini kebanyakan adalah bawang putih impor yang berasal dari China, sementara bawang putih lokal yang ada tidak layak dijual," ujar dia.
Advertisement