Sukses

Salah Gunakan Aset, Bos Agensi Iklan Terbesar di Dunia Ini Kena Penyelidikan

WPP, perusahaan agensi iklan terbesar di dunia membuat kejutan pada pekan lalu seiring ada penyelidikan terhadap CEO WPP Martin Sorrell.

Liputan6.com, Jakarta - Chief Executive Officer (CEO) WPP yang merupakan agensi iklan terbesar di dunia, Martin Sorrell sedang diselidiki atas klaim pelanggaran pribadi. Oleh karena itu, penyelidikan terhadap dirinya membuat posisi Sorrell tidak aman sebagai CEO.

Pekan lalu, WPP memberikan kejutan kepada industri lantaran sedang menyelidiki dugaan pelanggaran oleh Sorrell. Dewan komisaris bahkan menyewa pengacara untuk menyelidiki Sorrell atas “penyalahgunaan aset perusahaan”. WPP mengatakan, kalau tuduhan tidak melibatkan jumlah material untuk WPP.

Mengutip laman Reuters, Sabtu (14/4/2018), berdasarkan sumber Reuters, penyelidikan oleh pengacara tersebut kemungkinan diketahui hasilnya pada pekan ini. Namun sumber lainnya mempertanyakan apakah bisnis akan berjalan seperti biasa ketika CEO dibebaskan.

Sementara itu, dalam sebuah pernyataan, Sorrell menolak tuduhan penggunaan keuangan tidak tepat dengan tanpa syarat.

“Sebagai pemilik saham yang signifikan, komitmen saya kepada perusahaan, yang saya dirikan lebih dari 30 tahun lalu tetap absolute. Kepada orang-orang kami, pemegang saham, dan semua pemangku kepentingan kami,” ujar Sorrell seperti dikutip dari laman CNN Money.

Sorrell merupakan CEO yang menduduki posisi paling lama. Ini terutama di antara perusahaan masuk indeks FTSE 100 yang berisi saham-saham unggulan di bursa saham Inggris. Sorrell membuat WPP menjadi grup agensi iklan terbesar di dunia selama ia menjabat tiga dekade.

Tak hanya itu, Sorrell juga merupakan bos yang memiliki penghasilan paling tinggi di Inggris. Pada masanya, grup WPP telah berkembang memiliki biro-biro kreatif ternama termasuk J Walter Thompson dan Young and Rubicam, serta perencana media, riset pasar dan grup hubungan masyarakat seperti Finsbury.

2 dari 2 halaman

Saham WPP Tertekan

WPP hadir di 112 negara dan mempekerjakan lebih dari 200 ribu orang. WPP memberikan layanan kepada klien termasuk Ford, Unilever, P&G dan serangkaian perusahaan besar.

WPP bahkan mampu mengungguli perusahaan sejenis antara lain Omnicom, Publicis, dan IPG usai krisis keuangan. Akan tetapi, perusahaan kini hadapi tantangan dalam 18 bulan terakhir. Ini lantaran penurunan belanja konsumen dari beberapa klien terbesarnya.

Hal itu berdampak terhadap harga saham WPP. Saham WPP turun sekitar 30 persen pada 2018. Meningkatnya migrasi iklan ke platform online menambah tantangan industri.

Selain itu, ketidakpastian tentang masa depan Sorrell juga membuat spekulasi baru mengenai siapa yang akan menggantikan Sorrell jika dia lengser dari posisi CEO. Kemudian pertanyaan timbul mengenai masa depan WPP.

Analis berspekulasi kalau WPP dapat menjual data manajemen yang menyediakan riset pasar kepada klien. Analis Liberum memperkirakan aset sekitar  3,6 miliar pound sterling  (USD  5 miliar atau Rp 6878 triliun dengan asumsi kurs Rp 13.756 per dolar Amerika Serikat) dibandingkan valuasi pasar WPP sekitar 14,6 miliar pound sterling.

Sebelumnya manajemen WPP mengatakan data manajemen masih catat tingkat pertumbuhan rendah. Akan tetapi , itu menarik bagi klien yang ingin melihat dampak pengeluaran perseroan.

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini: