Sukses

Ramai-Ramai Gadai Emas Jelang Bulan Puasa dan Lebaran

Tren gadai emas di Pegadaian meningkat setiap menjelang Ramadan dan Lebaran.

Liputan6.com, Jakarta - Bulan Ramadan membawa berkah bagi bisnis gadai. Biasanya permintaan pembiayaan dari gadai naik saat bulan puasa dan Lebaran. PT Pegadaian (Persero) menyatakan, bisnis gadai emas masih menjadi andalan perseroan selama periode tersebut. 

"Tren produk menjelang Ramadan itu tetap emas. Kita 90 persen masih emas, tetapi kita akan perbanyak jenis barangnya," ungkap Direktur Utama Pegadaian Sunarso di kantor cabang Pegadaian Kebayoran Baru, Jakarta, Selasa (17/4/2018).

Dia menjelaskan biasanya masyarakat memanfaatkan momen jelang lebaran untuk mencari tambahan pendapatan dengan menggadaikan atau gadai emas.

"Awal bulan puasa, untuk modal (usaha) biasanya. Itu bukti bahwa bisnis pergadaian mendukung bisnis, bukan melulu orang kepepet ke Pegadaian. Bulan puasa kalau demand-nya makanan minuman naik, maka butuh modal kerja, dan mereka ke Pegadaian," ujar Sunarso. 

Lebih jauh Sunarso berharap kondisi perekonomian yang mulai membaik dapat turut mendongkrak bisnis gadai tahun ini.

"Ya kami berharap tahun ini lebih bagus ya, tahun ini kan kalau kita bisnis mulai mengeliat, harga komoditas naik, harga minyak naik. Kalau harga minyak naik, itu bisa baik juga lho, karena harga komoditas naik memicu pertumbuhan," ujarnya. 

Selain itu, Sunarso bilang perseroan bakal terus mendorong pertumbuhan bisnis nongadai, seperti kredit mikro nongadai, bisnis perhotelan, dan penjualan emas. Sebab, potensi pengembangan bisnis non-gadai masih cukup besar. Saat ini perbandingan porsi bisnis gadai dan non-gadai adalah 90:10.

"Kemarin (2017) outstanding pembiayaan Rp 36,9 triliun. Yang nongadai baru Rp 3,5 triliun. Artinya Pegadaian masih punya potensi yang besar untuk meningkatan bisnis non-gadai, baru sekitar 10 persen," katanya.

Dia mengungkapkan, Pegadaian menargetkan pada akhir 2023 , porsi antara bisnis gadai dan nongadai akan menjadi 50:50.

"Jadi kalau gadai kita ingin tumbuh dua kali lipat selama lima tahun, kalau non-gadai kita ingin empat kali lipat dalam lima tahun, jadi (bisnis non-gadai) harus dua kali lipat, infrastrukturnya lagi kita siapkan," ujar dia.

"Akhir tahun nanti kita ingin (perbandingan) 86 persen gadai, 14 persen nongadai. Nanti di 2023, Pegadaian ingin 50:50," tandas Sunarso.

 

Reporter : Wilfridus Setu Embu

Sumber : Merdeka.com

2 dari 2 halaman

Pegadaian Libatkan Masyarakat Percantik 1.000 Outlet di Seluruh Indonesia

PT Pegadaian (Persero) mencanangkan dimulainya transformasi perusahaan dengan meremajakan 1.000 dari 4.319 outlet-nya di seluruh Indonesia.

Kegiatan ini dilakukan dengan menggunakan skema padat karya tunai (PKT) dan ditargetkan selesai sebelum Lebaran 2018. Direktur Utama PT Pegadaian (Persero), Sunarso menjelaskan, program PKT yang dilakukan perseroannya ini dimaksudkan untuk mengoptimalkan tenaga kerja di sekitar kantor cabangnya berada.

"Tujuannya untuk memberikan manfaat kepada masyarakat sekitar dan memberikan pekerjaan, sekaligus uang tunai untuk menghadapi Lebaran," tutur dia di Jakarta, Selasa (17/4/2018).

Lewat program PKT tersebut, dia mengatakan, akan melibatkan sekitar 300 ribu maindesk. Diharapkan, itu dapat berdampak dalam membantu daya beli masyarakat menghadapi Hari Raya Umat Islam pada 15 Juni mendatang.

"Kami memperkirakan, satu outlet dikerjakan oleh lima orang, berarti sekitar 300 ribu maindesk akan terlibat dan dibayar tunai untuk pengerjaan sekitar 2 bulan," tutur dia.

Tercatat, beberapa transformasi dilakukan Pegadaian dalam waktu dekat ini. Mulai dari digitalisasi proses bisnis dan model bisnis, serta budaya kerja digital untuk mengubah mindset pegawai yang berbasis tata kelola perusahaan yang baik (good Corporate governance).

Sunarso menambahkan, program Padat Karya Tunai ini akan menegaskan manfaat kehadiran Pegadaian sebagai salah satu BUMN yang hadir untuk negeri.

"Ini merupakan bentuk usaha kami dalam rangka memperbaiki ketimpangan serta memeratakan kesejahteraan ekonomi di seluruh daerah di Indonesia," ujar dia.