Liputan6.com, Jakarta - Banyak pekerja Indonesia yang kini bekerja di luar negeri atau yang berada di kawasan Asia Tenggara enggan memutuskan untuk kembali ke Indonesia. Apa saja yang menyebabkan hal tersebut terjadi?
Salah satu perusahaan konsultan internasional Robert Walters menyebutkan perbedaan upah atau gaji yang sangat berbeda merupakan salah satu faktor orang Indonesia enggan memutuskan kembali.
Advertisement
Baca Juga
"Perusahaan juga tentu harus memerhatikan hal ini. Anda tidak mungkin membayarnya dengan upah yang sama dengan local people, mereka jelas tidak akan kembali, perusahaan harus cukup logis terkait hal tersebut," tutur Managing Director Robert Walters untuk Indonesia, Sally Raj pada Liputan6.com, Rabu (19/4/2018).
"Jika perusahaan menginginkan bakat mereka, maka perusahaan tersebut jelas harus berani membayar mereka lebih sesuai dengan apa yang mereka butuhkan dan kualifikasinya," tambah dia.
Sementara itu, Manager Accounting and Finance Robert Walters Indonesia Karina Saridewi mengatakan, perolehan gaji untuk setingkat manajer di Indonesia saja cukup berbeda dengan Singapura.
"Jika kita bandingkan dengan Singapura maka tentu cukup berbeda, upah setingkat manajer di Indonesia setara dengan fresh graduate di Singapura. Tapi dengan Vietnam kita cukup kompetitif, kita sedikit lebih diatas," ujarnya.
Untuk manajer keuangan di Indonesia, upah rata-rata yang mereka terima per tahunnya Rp 400 juta hingga Rp 500 juta.
"Tergantung industri pekerjaanya sekali lagi, tapi untuk sekelas manajer keuangan di Indonesia saja per tahun rata-rata Rp 400 juta sampai Rp 500 juta. Untuk manager IT bisa Rp 400 juta hingga Rp 800 juta per tahun, dan ini tentu gap yang cukup besar dan membuat orang banyak tidak setia dengan perusahaan," tuturnya.
Â
40 persen lebih tinggi
Sally Raj lebih jauh mengungkapkan perusahaan setidaknya mampu membayar 40 persen lebih tinggi jika ingin orang Indonesia agar kembali berkontribusi pada perusahaan.
"Jika Anda menginginkan mereka untuk kembali, maka setidaknya Anda harus mampu membayar mereka 40 persen lebih tinggi. Dan ini tidak hanya terjadi pada Indonesia saja, namun negara-negara lain di Asia tenggara," tuturnya.
Sally menuturkan kembalinya para pekerja di Indonesia akan dapat membantu bertukar pengetahuan pada perkembangan perusahaan secara cepat.
"Akan ada banyak karakter-karakter positif seperti halnya inisiatif yang tinggi, dan juga transfer knowledge yang bermnafaat bagi perusahaan dan karyawan lainnya di kantor tersebut," tandas dia.
Advertisement