Sukses

BI: Kondisi Sistem Keuangan dan Perbankan RI Tetap Stabil

Kondisi sistem keuangan tetap stabil disertai intermediasi perbankan yang membaik saat ini.

Liputan6.com, Jakarta - Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), Dody Budi Waluyo mengatakan bahwa saat ini kondisi sistem keuangan tetap stabil disertai intermediasi perbankan yang membaik.

Dody menjelaskan, terjaganya stabilitas sistem keuangan tercermin pada rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) perbankan yang cukup tinggi mencapai 23,1 persen dan rasio likuiditas (AL/DPK) sebesar 23,0 persen pada Februari 2018.

"Rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) relatif tidak berubah sebesar 2,9 persen (gross) atau 1,3 persen (nett) pada Februari 2018," kata Dody di kantornya, Kamis (19/4/2018).

Sementara itu, transmisi pelonggaran kebijakan moneter dan makroprudensial melalui jalur suku bunga juga terus berlangsung.

"Sejak awal periode pelonggaran kebijakan moneter hingga Februari 2018, suku bunga deposito dan kredit terus menurun masing-masing sebesar 203 basis poin (bps) dan 155 bps. Pertumbuhan kredit Februari 2018 tercatat sebesar 8,2 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 7,4 persen (yoy)," ujarnya.

Selain itu, pembiayaan ekonomi melalui pasar modal, seperti penerbitan saham (IPO dan rights issue), obligasi korporasi, dan medium term notes (MTN) terus mengalami peningkatan sebesar 14,3 persen (yoy) pada Februari 2018, sejalan dengan program pendalaman pasar keuangan.

Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada Februari 2018 tercatat 8,4 persen (yoy), relatif sama dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya.

"Sejalan dengan perkiraan sebelumnya, pertumbuhan kredit dan DPK akan lebih baik pada 2018, masing-masing dalam kisaran 10,0-12,0 persen (yoy) dan 9,0-11,0 persen (yoy).

 

Reporter : Yayu Agustini Rahayu Achmud

Sumber : Merdeka.com

2 dari 2 halaman

Akhir Februari 2018, Kredit Bermasalah Perbankan Capai Rp 134 Triliun

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan kondisi perbankan dalam kondisi sangat baik. Namun, ada satu indikator yang naik tipis, yaitu angka Kredit Bermasalah (NPL) perbankan.

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Heru Kristiyana menuturkan, NPL gross perbankan naik sedikit dari 2,86 persen di Januari 2018 menjadi 2,88 persen di akhir Februari 2018. Sementara untuk NPL nett berada di angka 1,2 persen dalam dua bulan pertama.

"Kalau untuk nilai NPL nya sebesar Rp 134 triliun. Namun NPL nett yang masih terjaga di 1,2 persen ini saya rasa masih cukup bagus," kata Heru di kantornya, Kamis (29/3/2018).

Heru menuturkan, sampai saat ini memang ada beberapa perbankan yang masih proses penyelesaian konsolidasi. Namun Heru optimistis konsolidasi bank selesai pada 2018.

Penyumbang NPL paling tinggi masih dari sektor industri pertambangan. Meski begitu dengan ada perbaikan harga komoditas tambang diharapkan bisa menjadi pendukung dalam peningkatan kualitas kredit perbankan.

Setelah selesai, berarti perbankan akan masuk dalam fase pertumbuhan bisnis. Ditambah kondisi ekonomi Indonesia saat ini terus tumbuh yang bisa menjadi peluang pendanaan perbankan.

NPL yang sedikit naik, Heru memaparkan pertumbuhan kredit perbankan pada akhir Februari 2018 sebesar 8,22 persen. Angka ini jauh lebih baik jika dibanding periode sama tahun lalu yang pertumbuhannya negatif.

"Kalau melihat dengan kondisi makroekonomi kita saat, ini saya yakin akan bisa tumbuh sesuai target mereka yang ada di kisaran 12 persen," tutur Heru.Â