Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah pada awal pekan ini melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Rupiah dibuka di angka 13.908 per dolar AS, atau tersungkur jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 13.893 per dolar AS.
Direktur Treasury & International Banking Bank Mandiri, Darmawan Junaidi mengatakan pelemahan rupiah disebabkan kondisi pasar global, salah satunya penguatan harga minyak dunia.
Advertisement
Baca Juga
"Karena kondisi pasar ada pengaruh dari sekarang. Ada harga minyak dunia yang terus mendekati US$ 70 per barel," kata Darmawan di kantornya, Senin (23/4/2018).
Selain itu, rencana kenaikan suku bunga The Fed atau Fed Fund Rate juga dinilai Darmawan akan semakin menekan pergerakan rupiah.
"Ada pembobotan bahwa ada kenaikan sekali lagi Fed Fund Rate, ini sangat memengaruhi investor. Kalau kita lihat saat ini salah satu indikatornya itu US treasury (imbal hasil obligasi AS tenor) 10 tahun ini sudah mendekati 3 yaitu 2,9 dan menunjukkan ada flow (aliran). Jadi ada flow sudah banyak melepas untuk yang jangka panjang," ujarnya.
Kondisi tersebut, lanjut Darmawan, membuat para investor asing yang ada di Indonesia mulai melepas aset-asetnya.
"Ini membuat kalau di Indonesia, investor asing sudah mulai banyak yang jual. Dia pegang Rupiah pasti dia beli dolar AS," terangnya.
Darmawan berharap, pelemahan rupiah tidak akan berlangsung lama atau hanya sementara.
"Kita harapkan ini tidak terlalu lama karena memang kan ini sudah mulai musim untuk para investor yang sudah punya investasi di sini akan menerima dividen, tentunya akan dia bawa ke negara asalnya," ujarnya.
Kendati demikian, Darmawan optimistis pelemahan rupiah tidak akan mengganggu kondisi moneter nasional.
"Jadi kalau kita melihat, kondisi moneter di Indonesia cukup baik, kondisi ekonomi juga bagus, cadangan devisa juga cukup. Rasanya sih ini akan terus terjaga," pungkas Darmawan.
Reporter : Yayu Agustini Rahayu Achmud
Sumber : Merdeka.com
Rupiah Terus Tertekan, Tembus 13.922 per Dolar AS
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus melemah. Pada perdagangan di awal pekan ini, rupiah menyentuh angka 13.909 per dolar AS.
Mengutip Bloomberg, Senin (23/4/2018), rupiah dibuka di angka 13.908 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 13.893 per dolar AS.
Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 13.886 per dolar AS hingga 13.922 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah melemah 2,56 persen.
Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 13.894 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan patokan sebelumnya yang ada di angka 13.804 per dolar AS.
Dolar AS memang terus menguat di kawasan Asia termasuk juga rupiah pada awal pekan ini. Bahkan dolar AS menyentuh level tertinggi dalam dua pekan terhadap mata uang utama dunia.
Penguatan dolar AS karena kenaikan imbal hasil obligasi AS dan berkurangnya kekhawatiran risiko geopolitik sehingga membebani gerak mata uang safe haven seperti yen Jepang.
Kenaikan imbal hasil obligasi AS membantu penguatan dolar AS. Yield obligasi AS berjangka waktu 10 tahun menyentuh angka 2,968 persen, tertinggi sejak Januari 2014.
Sebelumnya, Korea Utara mengatakan pada Sabtu kemarin bahwa mereka akan segera menangguhkan uji coba nuklir dan rudal.
Advertisement