Sukses

Rupiah Bergejolak, Bank BNI Mulai Hati-hati Salurkan Kredit

Bank BNI lebih hati-hati memberikan kredit dalam valas untuk menekan dampak atau risiko fluktuasi kurs rupiah terhadap dolar AS.

Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Nasional Indonesia (Persero) Tbk atau Bank BNI mengaku telah menjalankan langkah antisipasi untuk menghadapi fluktuasi nilai mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). 

Kurs rupiah terhadap dolar AS bergerak fluktuatif di perdagangan Senin (23/4/2018). Rupiah dibuka di level Rp 13.908 atau melemah dibanding penutupan perdagangan kemarin berada di level Rp 13.789 per dolar AS.

Direktur Utama Bank BNI, Achmad Baiquni mengungkapkan salah satu langkah yang diambil adalah lebih hati-hati memberikan kredit dalam valuta asing (valas).

"Terkait dengan debitur, kami juga selektif sekali dalam memberikan kredit dalam bentuk valuta asing. Kredit dalam valuta asing kita berikan pada debitur yang memang revenue-nya dalam bentuk foreign currency, dolar AS, dan sebagainya. Jadi terhadap debitur kita yang revenue-nya dalam rupiah, tentunya kita berikan kredit dalam rupiah. Ini tentunya untuk menghindari risiko karena fluktuasi ini," ungkapnya di kantor BNI, Jakarta, hari ini. 

Direktur Bisnis Treasury dan Internasional BNI, Rico Budidarmo mengatakan untuk mengantisipasi fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, Bank BNI menjaga posisi Net Open Position (NOP/Posisi Devisa Netto).

"Bahwa net open position kita coba mainten di bawah 2-3 persen. Biasanya saya jaganya di 1-2 persen. Untuk menghindari BNI terkena expose risiko di forex," kata dia.

Selain itu, antipasi lain yang dilakukan berkaitan dengan fluktuasi dolar adalah menjaga komposisi debitur valas.

"Kita antisipasi dengan hati-hati, bahwa komposisi debitur valuta asing kita memang dijaga di level 15-17 persen," tandas Rico. 

 

Reporter : Wilfridus Setu Embu

Sumber : Merdeka.com

2 dari 2 halaman

Rupiah Terus Tertekan, Tembus 13.922 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus melemah. Pada perdagangan di awal pekan ini, rupiah menyentuh angka 13.909 per dolar AS.

Mengutip Bloomberg, Senin (23/4/2018), rupiah dibuka di angka 13.908 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 13.893 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 13.886 per dolar AS hingga 13.922 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah melemah 2,56 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 13.894 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan patokan sebelumnya yang ada di angka 13.804 per dolar AS.

Dolar AS memang terus menguat di kawasan Asia termasuk juga rupiah pada awal pekan ini. Bahkan dolar AS menyentuh level tertinggi dalam dua pekan terhadap mata uang utama dunia.

Penguatan dolar AS karena kenaikan imbal hasil obligasi AS dan berkurangnya kekhawatiran risiko geopolitik sehingga membebani gerak mata uang safe haven seperti yen Jepang.

Kenaikan imbal hasil obligasi AS membantu penguatan dolar AS. Yield obligasi AS berjangka waktu 10 tahun menyentuh angka 2,968 persen, tertinggi sejak Januari 2014.

Sebelumnya, Korea Utara mengatakan pada Sabtu kemarin bahwa mereka akan segera menangguhkan uji coba nuklir dan rudal.